"Tetapi ia berkata kepadanya: "Aku melihatnya, seorang nabi menghampiriku, yang menyuruh aku pergi kembali, dan berkata: beginilah firman TUHAN: Oleh sebab singa itu ada padamu, janganlah engkau membunuh dia." Maka katanya kepada orang itu: "Engkau kena kutuk TUHAN; sebab itu akan dilakukannya kepadamu.""
Kisah yang tercatat dalam 1 Raja-Raja pasal 20 menyajikan sebuah peristiwa dramatis dalam sejarah kerajaan Israel, khususnya yang melibatkan raja Ahab. Perikop 20 ayat 36 menampilkan titik balik penting, di mana seorang nabi menyampaikan sebuah firman yang memiliki implikasi besar terhadap jalannya peristiwa selanjutnya. Ayat ini bukan sekadar narasi tentang pertemuan dua orang, melainkan sebuah pengingat akan otoritas ilahi dan konsekuensi dari ketidaktaatan.
Pada konteks ini, raja Ahab baru saja berhasil memenangkan pertempuran melawan Benhadad, raja Aram. Kemenangan ini tampaknya memberinya rasa aman dan mungkin sedikit kesombongan. Namun, Tuhan mengutus seorang nabi untuk mengingatkan Ahab bahwa kemenangan tersebut bukanlah hasil dari kekuatan militernya semata, melainkan campur tangan ilahi. Sang nabi memberikan instruksi yang spesifik: Ahab diperintahkan untuk tidak membunuh Benhadad, melainkan menjadikannya tawanan yang diperlakukan dengan baik.
Namun, yang menarik pada ayat 36 adalah kelanjutan cerita setelah Ahab berhasil mengalahkan Aram dalam pertempuran lain. Kali ini, Ahab bertemu dengan seorang nabi yang tidak diketahui namanya. Nabi ini, atas perintah Tuhan, menyuruh Ahab untuk membiarkan seorang tawanan penting pergi. Tawanan ini rupanya adalah Benhadad sendiri, raja Aram yang pernah dikalahkan Ahab sebelumnya. Nabi itu menyampaikan pesan Tuhan: "Oleh sebab singa itu ada padamu, janganlah engkau membunuh dia." Ini merujuk pada sebuah kejadian di mana sang raja seharusnya mati karena sebuah singa yang dikirim Tuhan, namun singa tersebut tidak menyerangnya.
Respons raja Ahab, sebagaimana tercatat dalam ayat tersebut, sangatlah tegas. Ketika orang yang disuruhnya untuk membunuh sang nabi tidak melakukannya, sang nabi sendiri yang menegur orang itu. Ia berkata, "Engkau kena kutuk TUHAN; sebab itu akan dilakukannya kepadamu." Pernyataan ini secara langsung menunjuk pada ketidaktaatan yang akan berujung pada hukuman ilahi. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak mentolerir kelalaian dalam melaksanakan firman-Nya, terutama ketika firman tersebut menyangkut penghakiman atau pemeliharaan kehendak-Nya.
Ajaran utama dari 1 Raja-Raja 20:36 adalah tentang kesetiaan pada firman Tuhan. Nabi itu, meskipun berisiko, menyampaikan pesan Tuhan dengan jelas. Demikian pula, orang yang seharusnya bertindak atas perintah raja, namun ragu-ragu, diperingatkan akan konsekuensi ketidaktaatannya. Ini menjadi refleksi bagi setiap orang percaya untuk senantiasa mendengar, mematuhi, dan menjalankan firman Tuhan, karena di dalamnya terkandung kebenaran dan keadilan ilahi yang tidak dapat diabaikan. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan mutlak kepada Sang Pencipta.