<Altar Persembahan>

1 Raja-raja 9:25: Pengorbanan yang Berkenan

"Tiga kali dalam setahun Salomo mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di atas mezbah yang didirikannya bagi TUHAN, dan ia membakar korban ukupan di atas mezbah itu. Demikianlah dilakukannya pada rumah itu."

Ayat Alkitab dari kitab 1 Raja-raja pasal 9, ayat 25, membawa kita pada gambaran tentang Raja Salomo dan praktik keagamaannya yang khusyuk. Ayat ini secara spesifik menyoroti frekuensi dan sifat persembahan korban yang dilakukan oleh Salomo di mezbah yang baru saja didirikannya untuk TUHAN, serta bagaimana hal ini berkaitan dengan rumah ibadah yang megah yang dibangunnya. Ini bukan sekadar catatan historis, melainkan sebuah penekanan pada pentingnya ibadah yang teratur dan hati yang tulus dalam membangun hubungan dengan Sang Pencipta.

Persembahan korban bakaran dan korban keselamatan merupakan inti dari ibadah dalam Perjanjian Lama. Korban bakaran melambangkan penyerahan diri total kepada Allah, sementara korban keselamatan menunjukkan persekutuan dan rasa syukur kepada-Nya. Salomo, dalam kebijaksanaan dan kekayaannya, tidak hanya membangun bait suci yang indah, tetapi juga memastikan bahwa ibadah yang dilakukannya di sana adalah yang terbaik dan yang paling sungguh-sungguh. Tiga kali dalam setahun adalah frekuensi yang signifikan, menunjukkan komitmen yang mendalam dan konsisten untuk menghormati Allah.

Frasa "di atas mezbah yang didirikannya bagi TUHAN" menegaskan kembali bahwa seluruh aktivitas ini diarahkan secara eksklusif kepada Allah yang benar. Mezbah ini menjadi pusat perhatian, simbol dari titik pertemuan antara kekudusan Allah dan umat-Nya. Tindakan membakar korban ukupan juga memiliki makna simbolis yang penting; asap ukupan yang naik ke langit melambangkan doa-doa umat yang naik kepada Allah. Ini adalah pengingat bahwa ibadah bukan hanya ritual formal, tetapi juga ekspresi kerinduan jiwa.

Pentingnya ayat ini terletak pada teladan yang diberikan oleh Salomo. Meskipun ia adalah raja yang berkuasa dan kaya raya, ia tetap memprioritaskan ibadah kepada Allah. Persembahan yang dilakukan secara teratur dan dengan hati yang ikhlas menunjukkan pemahaman Salomo akan kebesaran Allah dan posisinya sebagai umat-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa keberhasilan dan pencapaian duniawi tidak boleh membuat kita lalai terhadap kewajiban spiritual kita. Sebaliknya, pencapaian tersebut seharusnya menjadi motivasi tambahan untuk lebih bersyukur dan menghormati sumber segala keberkahan.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini berbicara tentang kesungguhan dalam mengasihi dan melayani Tuhan. Ini bukanlah tentang jumlah atau kemewahan persembahan, melainkan tentang ketulusan hati dan ketaatan. Bagi kita hari ini, meskipun bentuk ibadah mungkin berbeda, prinsipnya tetap sama. Menghabiskan waktu dalam doa, membaca firman Tuhan, beribadah bersama, dan melayani sesama adalah bentuk-bentuk "korban" yang kita persembahkan kepada Allah. Keteraturan dan ketulusan dalam melakukan hal-hal ini adalah kunci agar ibadah kita berkenan di hadapan-Nya.

Ayat 1 Raja-raja 9:25 mengingatkan kita bahwa pembangunan spiritual sama pentingnya, jika tidak lebih penting, daripada pembangunan fisik. Rumah tangga, pekerjaan, atau pencapaian materi apa pun yang kita miliki, semuanya berakar pada fondasi spiritual yang kuat. Dengan memprioritaskan ibadah dan menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan, kita membangun kehidupan yang kokoh dan berkenan di hadapan-Nya, sama seperti Salomo yang mendirikan dan mengisi Bait Suci dengan ibadah yang tulus.