"Dan Daud mendirikan kemah baginya di Yerusalem, dan ia membawa Tabut Allah itu ke tengah-tengahnya. Sesudah itu ia menyuruh memanggil semua orang Israel berkumpul di Yerusalem. Dan Daud mengerahkan seluruh orang Israel, baik yang muda maupun yang tua, serta mengumpulkan semua orang yang mau pergi dengan dia ke Yerusalem untuk membawa Tabut Perjanjian TUHAN ke tempat yang telah ia sediakan baginya. Maka bersukacitalah Daud dan seluruh kaumnya. Dan pada waktu itu, ketika Daud naik takhta atas Israel, ia mulai membangun dan memperkuat kerajaannya, karena ia telah memantapkan hatinya untuk mencari TUHAN, Allah Israel. Ia juga melenyapkan bukit-bukit pengorbanan dari Yehuda, dan mendirikan Tabut Allah itu di tengah-tengah kemah yang didirikannya di Yerusalem."
Kisah dalam 1 Tawarikh pasal 13 dan 14 mengisahkan tentang upaya Raja Daud untuk membawa Tabut Perjanjian Allah ke Yerusalem. Ini adalah momen penting dalam sejarah Israel, menandai upaya Daud untuk memusatkan ibadah kepada Allah di ibu kota yang baru didirikannya. Namun, perjalanan ini tidaklah mulus. Pasal 13 menceritakan pengalaman tragis ketika Tabut dibawa dari Kiryat-Yearim dengan cara yang tidak sesuai dengan ketetapan Allah. Uzzah, yang mencoba menopang Tabut ketika lembu-lembu tergelincir, dihukum mati oleh Allah karena menyentuh Tabut itu. Pengalaman ini mengajarkan kepada Daud sebuah pelajaran yang pahit namun penting: ketaatan mutlak pada firman Tuhan adalah prioritas utama dalam segala hal yang berhubungan dengan penyembahan dan kehadiran Allah.
Daud, meskipun kecewa dan takut, tidak menyerah. Ia belajar dari kesalahannya dan memutuskan untuk menunda membawa Tabut lebih lanjut. Ia menempatkan Tabut itu di rumah Obed-Edom, seorang Gat, selama tiga bulan. Selama masa penundaan ini, Allah memberkati Obed-Edom dan seluruh rumah tangganya. Berita tentang berkat ini sampai kepada Daud, yang kemudian merasa lebih yakin dan bersiap untuk melanjutkan upaya membawa Tabut ke Yerusalem, kali ini dengan cara yang benar sesuai dengan ketetapan hukum Taurat.
Pasal 14 melanjutkan kisah ini dengan gambaran yang lebih positif. Daud akhirnya berhasil membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem dengan sukacita besar. Ia mendirikan kemah khusus untuk Tabut itu dan menyelenggarakan pesta besar dengan korban persembahan. Seluruh rakyat Israel ikut bersukacita bersama Daud. Momen ini menjadi simbol persatuan umat Israel di bawah pimpinan Daud dan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka.
Lebih dari sekadar pemindahan Tabut, pasal 14 juga menekankan aspek lain dari pemerintahan Daud. Setelah Tabut ditempatkan di Yerusalem dan ibadah kepada Allah diperkuat, Daud mulai memantapkan kerajaannya. Ia membangun dan memperkuat posisinya sebagai raja. Kitab Tawarikh secara khusus mencatat bahwa Daud memantapkan hatinya untuk mencari TUHAN, Allah Israel. Ini menunjukkan bahwa fondasi pemerintahan yang kuat dan stabilitas kerajaan Israel dibangun di atas dasar kebergantungan dan ketaatan kepada Allah. Daud juga memerintahkan untuk melenyapkan tempat-tempat penyembahan berhala dan praktik-praktik yang tidak berkenan kepada Allah, menegaskan komitmennya untuk menegakkan ibadah yang murni.
Kisah 1 Tawarikh 13 dan 14 memberikan beberapa pelajaran rohani yang mendalam. Pertama, pentingnya menghormati kekudusan Allah dan mengikuti petunjuk-Nya dengan cermat. Keberhasilan dan berkat datang ketika kita menempatkan firman Tuhan sebagai prioritas utama. Kedua, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Daud belajar dari kesalahannya dan berusaha lagi, yang menunjukkan pentingnya sikap rendah hati dan kemauan untuk memperbaiki diri. Ketiga, kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya adalah sumber sukacita, persatuan, dan stabilitas. Ketika kita memusatkan hidup kita pada pencarian Tuhan, Dia akan memperkuat fondasi kehidupan kita dan mengarahkan langkah-langkah kita menuju keberhasilan yang sejati. Pemerintahan Daud yang kuat dan kerajaan yang stabil adalah hasil dari hatinya yang tertuju pada Allah.