1 Tawarikh 13:2 - Bangun Mesbah dan Persembahan

"Lalu Daud berkata kepada seluruh jemaah Israel: 'Jika kamu setuju dan jika ini memang dikehendaki TUHAN, Allah kita, maka marilah kita mengirim orang ke merata-rata ke negeri-negeri saudara-saudara kita yang masih tinggal di seluruh Israel, dan ke para imam dan orang Lewi di kota-kota mereka dengan padang-padang rumputnya, supaya mereka berkumpul dengan kita."

Memperoleh Kembali Kehadiran Allah

Ayat 1 Tawarikh 13:2 ini merupakan momen penting dalam sejarah Israel di bawah kepemimpinan Raja Daud. Setelah bertahun-tahun Tabut Perjanjian berada terpisah, jauh dari pusat ibadah bangsa, Daud memiliki kerinduan yang mendalam untuk membawanya kembali ke Yerusalem. Kerinduan ini bukan sekadar keinginan politik untuk menyatukan bangsa di bawah satu pusat spiritual, tetapi juga refleksi dari kesadaran spiritualnya akan pentingnya kehadiran Allah di tengah umat-Nya.

Daud menyadari bahwa keberhasilan dan berkat sejati bagi Israel tidak akan datang dari kekuatan militer atau kebijaksanaan manusia semata, melainkan dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Keberadaan Tabut Perjanjian, yang melambangkan hadirat Allah, adalah kunci utama untuk itu. Oleh karena itu, sebelum mengambil tindakan apa pun, Daud melakukan sesuatu yang sangat penting: ia berkonsultasi dengan seluruh jemaah Israel. Ini menunjukkan prinsip kepemimpinan yang bijaksana, di mana keputusan besar tidak diambil secara otoriter, melainkan melalui konsensus dan persetujuan seluruh umat.

KEMBALINYA KEHADIRAN TUHAN Daud & Seluruh Jemaah Israel

Simbolisasi pengumpulan dan persetujuan umat Israel untuk membawa Tabut Perjanjian.

Prinsip Konsultasi dan Persetujuan Ilahi

Frasa "Jika kamu setuju dan jika ini memang dikehendaki TUHAN, Allah kita" adalah inti dari pendekatan Daud. Ia tidak hanya ingin kepastian dari rakyatnya, tetapi juga mencari tanda-tanda kehendak Allah. Ini mengajarkan kita pentingnya menimbang setiap langkah, terutama yang berkaitan dengan hal-hal rohani, dengan doa dan perenungan untuk memastikan bahwa itu sejalan dengan kehendak Tuhan. Tanpa persetujuan ilahi, segala usaha manusia bisa sia-sia atau bahkan membawa celaka, sebagaimana yang kemudian terjadi pada Uza dalam perjalanan membawa Tabut yang pertama kali.

Daud kemudian mengusulkan langkah konkret: mengirim utusan ke seluruh penjuru Israel. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan seluruh umat, termasuk para imam dan orang Lewi, yang merupakan penjaga dan pelayan Tabut. Ini adalah panggilan untuk rekonsiliasi dan pemulihan hubungan dengan Tuhan. Para imam dan orang Lewi adalah tulang punggung ibadah Israel, dan kehadiran mereka memastikan bahwa proses pengembalian Tabut akan dilakukan sesuai dengan hukum dan tradisi.

Pesan ini relevan bagi kita hingga kini. Ketika kita menghadapi keputusan besar dalam hidup pribadi, keluarga, atau gereja, kita dipanggil untuk pertama-tama mencari kehendak Tuhan. Ini melibatkan doa, pembacaan Firman, dan mendengarkan suara Roh Kudus. Selain itu, kita juga perlu melibatkan orang-orang yang dipercayai dan komunitas iman untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas dan memastikan bahwa kita bergerak dalam kesatuan dan persetujuan ilahi.

Tindakan Daud mengingatkan kita bahwa membawa kembali apa yang telah hilang, terutama yang berkaitan dengan hadirat Allah dalam hidup kita, memerlukan persiapan, musyawarah, dan yang terpenting, kepastian akan kehendak Tuhan. Dengan bersatu dalam semangat dan persetujuan ilahi, umat dapat melakukan perkara-perkara besar bagi kemuliaan-Nya. Ayat ini memberikan fondasi kuat bagi umat Israel untuk memulai perjalanan pemulihan spiritual mereka, yang berpuncak pada pendirian ibadah yang terpusat di Yerusalem.