1 Tawarikh 15:27 - Kegembiraan Umat Saat Tabut Dibawa

"Dan orang-orang Lewi yang memikul Tabut Allah, sedang mereka menahan Tabut itu, mengorbankan tujuh lembu jantan dan tujuh domba jantan. Dan Daud mengenakan baju efod yang terbuat dari lenan."

Peristiwa pengangkatan Tabut Perjanjian ke Yerusalem, yang dicatat dalam 1 Tawarikh pasal 15, merupakan salah satu momen paling khidmat dan penuh sukacita dalam sejarah Israel. Ayat ke-27 secara spesifik menyoroti pengorbanan dan persiapan yang dilakukan, serta partisipasi aktif Raja Daud sendiri dalam upacara tersebut. Pengangkatan Tabut ini bukanlah sekadar pemindahan sebuah benda, melainkan sebuah pengakuan kembali akan hadirat Allah yang sentral di tengah umat-Nya. Setelah bertahun-tahun Tabut berada di tempat lain, membawa kembali ke hadirat Allah di Sion menjadi simbol pemulihan hubungan dan penegasan kembali perjanjian Allah dengan umat-Nya.

Tabut Allah Hadiran Allah

Pengorbanan tujuh lembu jantan dan tujuh domba jantan menunjukkan keseriusan dan kekayaan persembahan yang dipersembahkan. Angka tujuh sering kali melambangkan kesempurnaan atau kelengkapan dalam tradisi Alkitabiah, mengindikasikan bahwa seluruh hati dan sumber daya dipersembahkan untuk menghormati Allah. Hal ini bukan sekadar ritual formal, tetapi ekspresi iman dan penyerahan diri yang mendalam dari seluruh bangsa. Daud sendiri, sang raja, tidak hanya memerintahkan, tetapi juga turut ambil bagian secara fisik dengan mengenakan baju efod dari lenan.

Baju efod yang dikenakan Daud adalah pakaian khusus yang biasanya dikenakan oleh para imam, menunjukkan statusnya sebagai pemimpin rohani umat. Tindakan ini menegaskan bahwa dalam ibadah, perbedaan status sosial memudar. Raja dan rakyat, semua bersatu dalam menyembah Allah. Pakaian lenan yang sederhana namun khidmat, kontras dengan pakaian kebesaran raja, melambangkan kerendahan hati dan kesucian hati di hadapan Yang Maha Kudus. Kegembiraan yang meluap tidak hanya diwakili oleh sorak-sorai dan musik, tetapi juga oleh tindakan penuh hormat dan pengorbanan.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya menyambut dan menghormati kehadiran Allah dalam hidup kita. Sebagaimana umat Israel bersukacita ketika Tabut Allah dibawa kembali, demikian pula kita dipanggil untuk merasakan sukacita dan kekhusyukan saat kita mendekat kepada Allah melalui doa, ibadah, dan ketaatan. Persiapan yang dilakukan, baik dalam bentuk pengorbanan maupun sikap hati, adalah bagian integral dari ibadah yang berkenan. 1 Tawarikh 15:27 mengingatkan kita bahwa penyambutan yang tulus terhadap Allah akan selalu menghasilkan kegembiraan yang mendalam dan berkat yang melimpah. Warna-warna cerah dan sejuk dalam ilustrasi ini mencoba menangkap semangat sukacita, kemurnian, dan kedamaian yang menyertai tindakan iman tersebut.