1 Tawarikh 15:28

"Maka seluruh Israel mengiringi pemidahan tabut perjanjian TUHAN dengan sorak-sorai, bunyi nafiri, nai-nai, cymbals, gambus dan harpa."

Sorak Sorai di Yerusalem

Kisah pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem yang dicatat dalam 1 Tawarikh pasal 15 adalah momen puncak kegembiraan dan kekhususan bagi bangsa Israel. Ayat 28 secara gamblang menggambarkan suasana yang luar biasa pada hari itu: penuh dengan sukacita, musik, dan pujian kepada TUHAN. Ini bukanlah sekadar perpindahan sebuah benda, melainkan pengakuan kembali akan hadirat Allah di tengah-tengah umat-Nya.

Setelah masa-masa ketidaktaatan dan perpisahan, memulihkan hubungan dengan Allah menjadi prioritas utama Raja Daud. Pemindahan Tabut, yang melambangkan kehadiran Allah yang mahakudus, adalah langkah krusial dalam proses pemulihan ini. Daud tidak melakukannya dengan sembarangan. Ia belajar dari kesalahan masa lalu, di mana usaha pemindahan sebelumnya berakhir tragis karena ketidakhati-hatian dan ketidakhormatan terhadap kekudusan Allah.

Kali ini, segala sesuatunya dipersiapkan dengan cermat. Para imam dan orang Lewi dipilih dan disucikan. Alat-alat musik yang beragam disiapkan, dari terompet yang lantang, seruling yang merdu, hingga alat musik gesek dan pukul yang mengiringi melodi. Ini menunjukkan bahwa seluruh aspek ibadah dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, melibatkan seluruh elemen pujian dan penyembahan.

Bunyi sorak-sorai yang bergema, diiringi dengan berbagai instrumen musik, menciptakan simfoni kebahagiaan yang meluap. Ini adalah gambaran umat yang bersukacita bukan hanya karena pemindahan fisik Tabut, tetapi lebih dalam lagi, karena mereka merasakan kembali kedekatan dengan Allah Pencipta mereka. Pemindahan ini adalah sebuah perayaan iman yang monumental, sebuah penegasan kembali janji-janji Allah dan kesetiaan-Nya kepada umat pilihan-Nya. Suara nafiri, nai-nai, dan alat musik lainnya bersatu padu, menandakan perayaan agung yang disaksikan oleh seluruh Israel. Momen ini menjadi pengingat bahwa ketika umat kembali kepada Allah dengan hati yang tulus, penyembahan yang penuh sukacita akan selalu menjadi respons yang tepat, menggemakan kemuliaan Allah yang tidak pernah berubah.

Lebih dari sekadar pesta pora, tindakan ini mencerminkan pengakuan yang mendalam akan otoritas dan keagungan Allah. Seluruh Israel terlibat, menunjukkan persatuan bangsa di bawah pimpinan ilahi. Pemimpin mereka, Raja Daud, berlutut dan bersukacita di hadapan TUHAN, menjadi teladan bagi seluruh rakyat. Pemindahan Tabut Perjanjian ini bukan hanya peristiwa bersejarah, tetapi sebuah deklarasi publik tentang kebesaran Allah dan sukacita menemukan kembali hadirat-Nya.