"Sebab TUHAN itu besar, agung untuk dipuji, lebih dahsyat dari segala allah."
Ayat 1 Tawarikh 16:25 adalah sebuah pengakuan iman yang mendalam dan kuat. Dalam konteks sejarah Israel, ayat ini diucapkan oleh Asaf dan saudara-saudaranya saat Tabut Perjanjian dibawa masuk ke Yerusalem oleh Raja Daud. Momen ini adalah puncak sukacita dan perayaan bagi bangsa Israel, menandai pemersatuan spiritual dan fisik di bawah kepemimpinan raja yang dipilih Tuhan. Di tengah kemeriahan itu, pengakuan akan kebesaran Tuhan menjadi inti dari pujian mereka.
Pernyataan "Sebab TUHAN itu besar" bukan sekadar ungkapan biasa. Kata "besar" di sini menyiratkan keagungan, kemuliaan, dan kuasa yang melampaui segala sesuatu. Dalam pemahaman kuno, "besar" sering kali diasosiasikan dengan penguasa yang memiliki pengaruh luas dan otoritas tak terbatas. Tuhan digambarkan sebagai pribadi yang memiliki skala dan kedalaman yang tidak dapat diukur oleh akal manusia. Kebesaran-Nya adalah kebenaran fundamental yang mendasari seluruh eksistensi.
Lebih lanjut, ayat ini menyatakan bahwa Tuhan "agung untuk dipuji". Pujian kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang dibatasi oleh situasi atau keadaan. Ia layak menerima segala bentuk penghargaan, penghormatan, dan penyembahan. Keagungan-Nya menjadi sumber kekaguman yang tak berkesudahan, mendorong jiwa untuk bersorak dan hati untuk bersukacita. Pujian yang tulus datang dari kesadaran akan sifat-sifat-Nya yang kudus, adil, penuh kasih, dan berkuasa.
Bagian terakhir dari ayat ini, "lebih dahsyat dari segala allah," menegaskan keunikan dan keunggulan Tuhan Israel. Pada masa itu, banyak bangsa di sekitar Israel menyembah berbagai dewa dan berhala. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada satu pun dewa ciptaan manusia atau kekuatan lain yang dapat menandingi kekuasaan dan otoritas Tuhan Yang Mahatinggi. Kata "dahsyat" menunjukkan kekuatan yang luar biasa, mampu mengalahkan segala lawan, dan mengendalikan alam semesta. Keunggulan ini bukan hanya soal kekuatan militer atau politik, melainkan keunggulan Ilahi yang mutlak.
Makna ayat ini relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern yang seringkali dipenuhi dengan keraguan, godaan, dan ancaman, pengakuan akan kebesaran dan keagungan Tuhan menjadi jangkar yang kokoh. Ia mengingatkan kita bahwa di tengah badai kehidupan, ada pribadi yang berkuasa atas segala sesuatu. Kekuatan-Nya tidak terbatas, dan kasih-Nya abadi. Ketika kita menghadapi masalah yang terasa besar, atau ketika kita merasa kecil di hadapan dunia, mengingat bahwa Tuhan kita "besar, agung untuk dipuji, lebih dahsyat dari segala allah" dapat membawa penghiburan, keberanian, dan harapan yang baru. Ini adalah seruan untuk memusatkan pandangan kita pada Dia yang sumber segala kekuatan dan kebaikan.