"Batas-batas tanah mereka ialah di sebelah utara: dari Laut Besar, terus ke Hatalon sampai jalan ke Hamat; di sebelah timur: Hamat, di sebelah timur, dekat Bet-Semes; di sebelah selatan: Bet-Semes sampai ke Meriba-Kades; di sebelah barat: Laut Besar sampai ke depan Bet-Semes."
Ayat Yehezkiel 48:17 mengemukakan salah satu detail yang sangat spesifik mengenai pembagian tanah dalam visi kenabian Yehezkiel mengenai Yerusalem yang baru dan umat Allah yang kembali. Ayat ini memberikan batasan geografis dari bagian yang disebut sebagai "tanah" di sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Penting untuk dicatat bahwa ayat ini secara khusus berbicara mengenai "tanah", bukan seluruh wilayah kota atau tanah perjanjian secara keseluruhan.
Pembagian yang digambarkan dalam pasal 48 Yehezkiel adalah bagian dari visi yang lebih besar mengenai tatanan baru dan kekudusan umat Allah. Dalam konteks ini, Yehezkiel menerima wahyu mengenai Bait Allah yang baru, tata letak kota, dan distribusi tanah di antara suku-suku Israel dan imam serta orang Lewi. Ayat 17 berfokus pada dimensi spasial dari pembagian ini, memberikan ukuran dan arah yang jelas.
Frasa seperti "Laut Besar" mengacu pada Laut Mediterania. "Hamat" dan "Bet-Semes" adalah lokasi geografis yang dikenal. Penggunaan istilah arah seperti utara, timur, selatan, dan barat menunjukkan adanya keteraturan dan organisasi yang cermat. Ini bukan sekadar pembagian acak, melainkan sebuah sistem yang terencana, mencerminkan sifat Allah yang tertib dan adil. Dalam visi ini, tanah diberikan kepada umat Allah sebagai warisan, sebuah janji pemulihan dan kelimpahan setelah masa pembuangan.
Keteraturan dalam pembagian tanah ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari keadilan dan keteraturan ilahi. Di dunia yang seringkali kacau, visi ini menawarkan gambaran tentang sebuah tatanan yang sempurna di mana setiap bagian memiliki tempatnya dan setiap orang menerima bagiannya sesuai dengan kehendak ilahi. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana Allah mengatur segalanya dengan presisi dan hikmat.
Lebih dari sekadar penataan fisik, pembagian tanah ini juga menyoroti aspek spiritual. Visi Yehezkiel adalah tentang umat Allah yang kembali ke tanah mereka, memiliki hubungan yang diperbarui dengan Tuhan, dan hidup dalam kekudusan. Keteraturan geografis ini mencerminkan keteraturan spiritual yang diharapkan dalam kehidupan umat Allah. Semua aspek kehidupan, termasuk kepemilikan dan distribusi sumber daya, berada di bawah otoritas dan panduan ilahi. Ayat ini, meskipun detail secara geografis, pada dasarnya berbicara tentang pemulihan, keadilan, dan keutuhan umat Allah di bawah kepemimpinan-Nya.
Perlu dicatat bahwa interpretasi visi Yehezkiel bisa bervariasi, ada yang melihatnya sebagai deskripsi literal dari kota dan tanah di masa depan, ada pula yang menganggapnya sebagai gambaran simbolis dari realitas spiritual Kerajaan Allah. Apapun interpretasinya, ayat ini tetap menawarkan sebuah wawasan berharga mengenai rencana Allah yang penuh hikmat dan keadilan bagi umat-Nya, sebuah gambaran tentang pemulihan dan keteraturan yang sempurna.