"Tetapi kata orang-orang itu: 'Apakah Yonatan dan pasukannya tidak mengirim utusan untuk mengambil Daud, hambamu, dari kota ini, dan isterinya telah pergi bersama orang-orangnya?'"
Melambangkan kebenaran dan prinsip.
Ayat 1 Tawarikh 19:3 menyajikan sebuah momen krusial dalam narasi Kitab Tawarikh, menyoroti pentingnya kasih setia, kehormatan, dan bagaimana kesalahpahaman dapat berujung pada konflik. Peristiwa ini terjadi dalam konteks hubungan antara raja Daud dan raja negeri Amon, Nahas. Ketika Nahas meninggal, pewarisnya, Hanun, menunjukkan sikap yang tidak terduga terhadap utusan-utusan Daud.
Daud, dengan niat baik dan sebagai bentuk penghormatan atas kematian raja Nahas, mengirimkan utusan untuk menyampaikan belasungkawa dan memberikan dukungan kepada Hanun yang baru naik takhta. Ini adalah praktik umum di antara kerajaan-kerajaan pada masa itu untuk menjaga hubungan diplomatik yang baik. Namun, Hanun dan para penasihatnya yang licik melihat tindakan ini sebagai bentuk pengintaian dan pelecehan.
Para penasihat Hanun dengan sengaja memutarbalikkan niat baik Daud. Mereka meyakinkan Hanun bahwa tujuan utama Daud mengirim utusan adalah untuk menyelidiki pertahanan kota dan mencari kesempatan untuk menyerang. Mereka berkata, "Apakah Yonatan dan pasukannya tidak mengirim utusan untuk mengambil Daud, hambamu, dari kota ini, dan isterinya telah pergi bersama orang-orangnya?" Kalimat ini, meski sedikit membingungkan dalam kutipannya tanpa konteks lengkap sebelumnya, merujuk pada dugaan rencana Daud untuk mencuri Hanun dan menguasai wilayahnya. Pandangan semacam ini didorong oleh kecurigaan dan niat jahat para penasihat yang ingin menciptakan permusuhan dengan Israel.
Akibatnya, Hanun mempermalukan para utusan Daud dengan mencukur janggut mereka separuh dan memotong pakaian mereka sampai ke pinggang. Ini adalah tindakan penghinaan yang sangat besar di budaya Timur Tengah kuno, menunjukkan kurangnya rasa hormat dan merendahkan martabat mereka. Para utusan kembali kepada Daud dengan malu dan marah, membawa serta cerita tentang perlakuan buruk yang mereka terima. Kejadian ini menjadi pemicu langsung bagi konflik militer antara Israel dan orang Amon, yang pada akhirnya melibatkan bangsa-bangsa lain.
Dari ayat ini, kita dapat belajar beberapa pelajaran penting. Pertama, pentingnya kejernihan komunikasi dan niat yang tulus dalam hubungan antar manusia dan antar bangsa. Kedua, bahaya dari penasihat yang buruk dan fitnah yang dapat merusak hubungan baik. Ketiga, nilai dari kehormatan dan rasa hormat yang harus selalu dijunjung tinggi. Peristiwa ini juga memperlihatkan bagaimana tindakan yang disalahartikan, meskipun dimulai dengan niat baik, dapat memicu konsekuensi yang serius. Kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya kebijaksanaan dalam bertindak dan menilai orang lain, serta perlunya menjaga kesetiaan dan kebenaran dalam segala aspek kehidupan.