1 Tawarikh 19 4

"Lalu Hanun menyuruh mereka mencukur separuh daripada janggut orang-orang Daud itu dan menggunting separuh daripada pakaian mereka sampai ke pinggul, lalu menyuruh mereka pergi."
Ilustrasi simbol kesetiaan

Ayat dari Kitab 1 Tawarikh pasal 19 ayat 4 mencatat sebuah momen yang penuh dengan penghinaan dan kurangnya penghormatan yang ditujukan kepada utusan-utusan Raja Daud oleh Raja Hanun dari Bani Amon. Peristiwa ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar tentang hubungan antara Israel dan bangsa-bangsa tetangganya, serta bagaimana prinsip-prinsip keadilan dan perlakuan yang pantas harus dijunjung tinggi, bahkan dalam diplomasi antar kerajaan.

Konteks dan Makna Ayat

Raja Daud, setelah mendengar kabar kematian Raja Nahas dari Bani Amon, memutuskan untuk mengirimkan utusan untuk menghibur Hanun, putra Nahas, yang menggantikannya sebagai raja. Ini adalah sebuah gestur diplomasi dan kemurahan hati yang lazim dilakukan antar pemimpin. Namun, Hanun dan para penasihatnya melihat tindakan Daud ini sebagai upaya terselubung untuk memata-matai wilayah mereka. Ketakutan dan kecurigaan Hanun memicu reaksi yang ekstrem dan merendahkan.

Ayat 4 secara spesifik menggambarkan bentuk penghinaan yang diterima oleh para utusan Daud: mereka dicukur janggutnya separuh, dan pakaian mereka digunting hingga ke pinggul. Tindakan ini bukan sekadar perlakuan kasar; di budaya Timur Tengah kuno, janggut dan pakaian adalah simbol kehormatan dan martabat seorang pria, apalagi seorang utusan kerajaan. Mencukur separuh janggut dan menggunting pakaian dengan cara seperti itu adalah tindakan yang sangat memalukan dan merupakan penghinaan besar terhadap Daud sendiri.

Dampak dan Pelajaran

Tindakan Hanun ini tidak hanya mempermalukan para utusannya, tetapi juga secara terang-terangan menantang otoritas Daud dan menyatakan permusuhan. Daud, ketika mendengar laporan tentang apa yang terjadi, sangat murka. Ia memerintahkan utusannya untuk tidak kembali ke Yudea sampai janggut mereka tumbuh kembali, menunjukkan betapa dalamnya penghinaan ini dirasakan. Peristiwa ini kemudian memicu konflik militer yang signifikan antara Israel dan Bani Amon, di mana Israel akhirnya meraih kemenangan.

Dari kisah ini, kita bisa belajar beberapa hal penting. Pertama, pentingnya kebijaksanaan dalam bertindak dan bersikap, baik secara pribadi maupun dalam hubungan antar bangsa. Kecurigaan yang tidak berdasar dan reaksi yang berlebihan dapat berujung pada konsekuensi yang buruk. Kedua, ayat ini menyoroti betapa berharganya kehormatan dan rasa hormat. Memperlakukan sesama, utusan, atau siapa pun dengan martabat adalah cerminan karakter yang baik.

Lebih dalam lagi, bagi orang percaya, kisah ini bisa dilihat sebagai gambaran tentang bagaimana dunia seringkali tidak menghormati orang-orang yang mewakili Kerajaan Allah. Terkadang, kita mungkin mengalami perlakuan yang merendahkan atau tidak adil karena iman kita. Namun, seperti Daud yang pada akhirnya membalas ketidakadilan tersebut, kita diingatkan bahwa Tuhan melihat segala sesuatu dan akan membela umat-Nya. Kisah ini juga menginspirasi kita untuk selalu berusaha bertindak dengan kasih, kejujuran, dan integritas, bahkan ketika menghadapi tantangan atau perlakuan yang tidak menyenangkan.