Keluaran 35 13

"Baiklah orang Israel mempersembahkan persembahan khusus kepada TUHAN, dari emas, perak, tembaga, kain ungu, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing,"

Simbol Persembahan Kudus Ilustrasi abstrak yang menggambarkan tangan yang memberikan sesuatu, dengan elemen-elemen yang menyerupai bahan-bahan persembahan seperti benang dan logam.

Makna di Balik Persembahan

Ayat Keluaran 35:13 merupakan bagian penting dari instruksi yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa mengenai pembangunan Kemah Suci dan perlengkapannya. Perintah ini bukan sekadar permintaan material, melainkan sebuah panggilan untuk berpartisipasi aktif dalam karya ilahi. Setiap item yang disebutkan—emas, perak, tembaga, kain ungu, kain kirmizi, lenan halus, dan bulu kambing—memiliki nilai dan simbolisme tersendiri. Perintah untuk mempersembahkan persembahan khusus ini menekankan pentingnya sukacita, kerelaan, dan ketulusan hati dalam memberi. Ini bukan tentang jumlah, melainkan tentang niat dan sikap hati yang memotivasi pemberian.

Perintah ini datang setelah bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, sebuah momen yang penuh dengan pembebasan dan janji baru. Pemberian persembahan khusus ini menjadi cara bagi mereka untuk mengukuhkan hubungan mereka dengan Tuhan, menghormati-Nya, dan secara fisik mewujudkan kehadiran-Nya di antara mereka melalui Kemah Suci. Setiap keping emas, setiap helai kain, menjadi bukti pengabdian dan rasa syukur atas kasih karunia yang telah mereka terima. Proses pengumpulan dan pembuatan persembahan ini juga merupakan sarana untuk mempersatukan umat, menumbuhkan rasa kebersamaan dalam tujuan ilahi, dan mengajarkan nilai berbagi serta pengorbanan pribadi demi kepentingan komunal yang lebih besar.

Pelajaran untuk Masa Kini

Meskipun konteks Keluaran adalah pembangunan Kemah Suci secara fisik, prinsip di balik persembahan khusus ini tetap relevan hingga kini. Kita dipanggil untuk mempersembahkan "persembahan khusus" kepada Tuhan dalam berbagai bentuk. Ini bisa berupa talenta yang kita miliki, waktu yang kita luangkan, sumber daya materi yang kita miliki, atau bahkan sekadar sikap hati yang penuh syukur dan ketaatan. Teks ini mengajarkan kita bahwa memberi yang terbaik dari apa yang kita miliki, dengan sukarela dan penuh sukacita, adalah bentuk ibadah yang dihargai.

Keinginan untuk memberikan yang terbaik mencerminkan kedalaman iman dan penghargaan kita terhadap kebaikan Tuhan. Sebagaimana umat Israel mengumpulkan bahan-bahan terbaik mereka untuk Kemah Suci, kita pun dipanggil untuk menggunakan apa yang telah dianugerahkan kepada kita untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan sesama. Semangat memberi yang tulus, tanpa paksaan, dan dengan niat yang murni adalah inti dari persembahan yang berkenan. Ini adalah pengingat bahwa dalam setiap aspek kehidupan, kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan kasih dan pengabdian kita kepada Sang Pencipta melalui tindakan memberi yang penuh makna.