Ayat 1 Tawarikh 21:13 adalah sebuah pengakuan yang mendalam dari Raja Daud di tengah situasi krisis yang dihadapinya. Ayat ini bukan sekadar ungkapan penyesalan atau ketakutan semata, melainkan sebuah pilihan iman yang krusial. Daud dihadapkan pada tiga pilihan hukuman yang ditawarkan Tuhan sebagai konsekuensi dari kesalahannya menghitung bangsa Israel: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh, atau tiga hari penyakit sampar.
Dalam ketegangan dan kesadaran akan beratnya dosa yang telah dilakukannya, Daud tidak mencoba mencari jalan keluar yang paling ringan bagi dirinya sendiri secara fisik. Sebaliknya, ia mengarahkan pandangannya pada sifat Tuhan yang Maha Pengasih. Ia berkata, "Janganlah aku jatuh ke tangan manusia, tetapi baiklah aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, karena besar kasih sayang-Nya." Pilihan ini menunjukkan kedalaman pemahamannya tentang karakter ilahi. Daud tahu bahwa manusia bisa bersikap kejam, penuh dendam, dan tidak memiliki belas kasihan yang sejati. Namun, ia juga tahu bahwa Tuhan, meskipun adil dan menghukum dosa, adalah sumber kasih sayang dan belas kasihan yang tak terbatas.
Keputusan Daud ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Di saat menghadapi kesulitan, ujian, atau konsekuensi dari kesalahan kita, seringkali dorongan pertama adalah mencari jalan yang paling aman atau yang paling sedikit menimbulkan rasa sakit. Namun, ayat ini mengajak kita untuk melihat lebih jauh. Apakah kita akan mengandalkan kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri, mencari pertolongan dari sumber-sumber duniawi yang seringkali terbatas, ataukah kita akan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan?
Kasih sayang Tuhan, seperti yang diakui Daud, adalah sebuah jaminan. Ini bukan berarti kita akan terhindar dari segala kesulitan, tetapi bahwa dalam setiap kesulitan, Tuhan hadir dengan kelembutan, pengampunan, dan kekuatan untuk memampukan kita melewatinya. Jatuh ke dalam tangan Tuhan berarti mengalami transformasi, pemulihan, dan pemeliharaan yang tidak dapat ditawarkan oleh dunia. Penderitaan yang datang dari Tuhan, meskipun mungkin menyakitkan, selalu bertujuan untuk kebaikan dan pertumbuhan rohani jangka panjang, berbeda dengan kekejaman manusia yang seringkali destruktif.
Oleh karena itu, ketika kita membaca 1 Tawarikh 21:13, marilah kita mengingatnya sebagai pengingat untuk selalu mengarahkan hati dan harapan kita kepada Tuhan. Dalam segala musim kehidupan, baik sukacita maupun duka, baik keberhasilan maupun kegagalan, pilihan untuk berserah kepada tangan Tuhan yang penuh kasih sayang adalah pilihan yang paling bijak dan berujung pada kedamaian sejati. Ini adalah keyakinan bahwa, bagaimanapun beratnya keadaan, kasih Tuhan jauh lebih besar daripada masalah yang kita hadapi.