1 Tawarikh 21:14

Maka berkatalah Daud kepada Allah: "Aku sangat dalam kesukaran. Biarlah kiranya aku jatuh ke tangan TUHAN, karena sangat besar belas kasihan-Nya; janganlah kiranya aku jatuh ke tangan manusia."

Menghadapi Murba dan Kebaikan Tuhan

Ayat 1 Tawarikh 21:14 memberikan sebuah momen refleksi yang mendalam dari Raja Daud. Di tengah situasi krisis yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri – menghitung bangsa Israel – Daud dihadapkan pada tiga pilihan hukuman yang mengerikan dari Tuhan: tiga tahun kelaparan, tiga bulan musuh mengejar, atau tiga hari penyakit sampar.

Pilihan ini bukanlah hukuman semata, melainkan kesempatan bagi Daud untuk memahami sejauh mana keadilan dan belas kasih Tuhan berlaku. Keputusan untuk memilih hukuman adalah wewenang Tuhan. Daud, dengan segala kerendahan hati dan pemahamannya akan sifat Tuhan, membuat sebuah pernyataan yang sarat makna. Ia tidak memilih satu dari tiga pilihan hukuman yang disodorkan, melainkan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.

Daud mengakui, "Aku sangat dalam kesukaran." Ia menyadari beratnya dosa yang telah ia perbuat dan konsekuensi yang harus ditanggung oleh rakyatnya. Namun, di tengah keputusasaan itu, muncul sebuah keyakinan yang kuat akan karakter Ilahi. Daud tidak takut jatuh ke tangan Tuhan, justru ia memohon demikian. Mengapa? Karena, seperti yang ia katakan, "sangat besar belas kasihan-Nya."

Berbeda dengan belas kasih Tuhan yang tak terbatas, Daud tahu bahwa manusia memiliki keterbatasan, kemarahan yang mudah bangkit, dan kecenderungan untuk bersikap kejam atau tidak adil. Ia memahami bahwa tangan manusia, meskipun seringkali bertindak atas nama keadilan, bisa saja dipenuhi dengan kepahitan atau kebencian yang membutakan. Di sisi lain, Tuhan, meski berkuasa menghukum, adalah sumber segala kebaikan dan belas kasihan.

Kutipan ini mengajarkan kita tentang pentingnya menempatkan kepercayaan kita pada Tuhan, terutama ketika kita menghadapi masa-masa sulit. Dosa dan kesalahan memang membawa konsekuensi, dan terkadang kita harus menghadapi hukuman. Namun, Tuhan tidak pernah ingin menghancurkan kita sepenuhnya. Belas kasih-Nya selalu hadir, menawarkan pengampunan dan pemulihan bagi mereka yang mencari-Nya dengan tulus.

Kisah ini juga mengingatkan kita untuk membedakan antara keadilan yang keras dan belas kasih yang lembut. Keadilan Ilahi memang mutlak, namun ia selalu dibalut dengan cinta dan kerinduan untuk melihat ciptaan-Nya kembali ke jalan yang benar. Tangan manusia, betapapun baik niatnya, selalu rentan terhadap bias dan kelemahan.

Dalam setiap badai kehidupan, Daud memberikan teladan untuk tidak pernah berhenti berharap dan percaya pada kebaikan Tuhan. Menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya, mengakui kerapuhan diri, dan memohon belas kasihan adalah jalan keluar dari kesukaran yang terbesar. Karena di tangan Tuhanlah, bahkan dalam hukuman, terdapat janji kebaikan dan pemulihan yang tak terbatas.

Simbolisasi penyerahan diri dan harapan pada kebaikan Tuhan.