1 Tawarikh 21:15 - Janji Perlindungan Allah di Tengah Hukuman

"Lalu Allah mengutus malaikat ke Yerusalem untuk memusnahkannya; dan ketika TUHAN melihatnya, Ia menyesallah atas bencana itu, dan berfirman kepada malaikat pemusnah itu: "Cukup! Tariklah tanganmu!" Malaikat TUHAN itu berdiri di dekat Ariuna, orang Yebus."

Ayat 1 Tawarikh 21:15 ini merupakan puncak dari kisah malapetaka yang menimpa Israel akibat dosa Daud. Daud, dalam kesombongannya, telah memerintahkan sensus rakyat yang tidak diperintahkan oleh Tuhan. Tindakan ini dipandang sebagai ketidakpercayaan kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada kekuatan militer. Akibatnya, Tuhan murka dan memberikan pilihan hukuman kepada Daud: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh, atau tiga hari penyakit sampar. Daud memilih yang terakhir, mempercayakan dirinya pada belas kasihan Tuhan, karena ia tahu betapa besar kasih Tuhan.

Dan hukuman itu pun datang. Penyakit sampar melanda bangsa Israel, merenggut banyak nyawa. Malaikat pemusnah dikirim oleh Tuhan untuk melaksanakan murka-Nya di Yerusalem. Namun, di tengah kehancuran yang mengerikan itu, muncul sebuah titik balik yang penuh dengan kasih dan pengampunan ilahi. Ayat ini mencatat momen krusial ketika Tuhan melihat apa yang terjadi. Ia melihat penderitaan umat-Nya, dan dalam kemahatahuan serta belas kasihan-Nya yang tak terbatas, Ia "menyesallah atas bencana itu." Kata "menyesal" di sini bukanlah penyesalan seperti manusia yang menyadari kesalahan, melainkan sebuah metafora untuk menunjukkan perubahan keputusan Tuhan sebagai respons terhadap doa dan keadaan, sebuah ekspresi dari keadilan dan belas kasihan-Nya yang bersatu.

Firman Tuhan diucapkan kepada malaikat pemusnah: "Cukup! Tariklah tanganmu!" Ini adalah perintah tegas untuk menghentikan malapetaka. Tindakan penghentian ini terjadi pada saat yang genting, di dekat Ariuna, orang Yebus, yang menjadi lokasi penting untuk pembangunan mezbah di kemudian hari. Keberadaan malaikat Tuhan di sana, berdiri siap untuk memusnahkan, menunjukkan betapa dekatnya bencana tersebut. Namun, perintah Tuhan untuk menghentikan bencana ini menegaskan bahwa murka-Nya tidaklah permanen, dan belas kasihan-Nya selalu siap mengalahkan penghakiman-Nya ketika ada respons yang benar.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang sifat Tuhan yang adil namun penuh belas kasihan. Dosa memiliki konsekuensi, dan Tuhan tidak mengabaikannya. Namun, ketika umat-Nya mengakui kesalahannya dan berseru kepada-Nya, Tuhan selalu membuka jalan untuk pemulihan. Ayat 1 Tawarikh 21:15 adalah bukti nyata dari kesetiaan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan di tengah hukuman yang pantas mereka terima. Ini adalah janji perlindungan dan kesempatan kedua yang selalu tersedia bagi mereka yang berpaling kepada-Nya dengan hati yang tulus. Ketaatan pada firman-Nya dan kerendahan hati di hadapan-Nya adalah kunci untuk merasakan kasih karunia-Nya.

Simbol hati yang melindungi di tengah badai, melambangkan perlindungan ilahi.