Maka berkatalah Daud: "Rumah untuk TUHAN haruslah sebuah bait yang agung, suatu tempat kemuliaan dan kebanggaan di segala negeri."
Ayat 1 Tawarikh 21:19 menyajikan momen krusial dalam narasi Alkitab, di mana Raja Daud mengungkapkan kerinduan hatinya yang mendalam untuk membangun sebuah rumah bagi TUHAN. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian, berpindah-pindah tempat dan berperang, Daud kini merasakan panggilan yang kuat untuk memberikan tempat kediaman yang layak bagi hadirat Allah di bumi. Pernyataannya yang penuh semangat, "Rumah untuk TUHAN haruslah sebuah bait yang agung, suatu tempat kemuliaan dan kebanggaan di segala negeri," bukanlah sekadar keinginan arsitektural, melainkan manifestasi dari kesadaran rohani yang mendalam.
Dalam konteks sejarah Israel, pembangunan Bait Suci merupakan sebuah tonggak penting. Itu melambangkan pemusatan ibadah dan penyembahan kepada satu Allah yang benar. Sebelum itu, Tabut Perjanjian, simbol kehadiran Allah, seringkali dipindahkan dan ditempatkan di tempat-tempat yang sementara. Daud, yang diizinkan untuk bermimpi dan merencanakan, melihat perlunya sebuah struktur permanen yang dapat mencerminkan kemuliaan Allah dan menjadi pusat spiritual bagi seluruh umat-Nya. Keinginan ini tidak hanya datang dari sisi Daud, tetapi juga didukung oleh Firman Allah yang disampaikan melalui nabi Natan, meskipun pada akhirnya pembangunan itu diserahkan kepada putranya, Salomo.
Makna "rumah yang agung" dan "tempat kemuliaan dan kebanggaan" melampaui sekadar kemegahan bangunan. Ini berbicara tentang sebuah tempat di mana umat dapat datang untuk beribadah, mencari bimbingan, dan mengalami hadirat Allah. Ini adalah tempat yang akan menjadi simbol kekuatan dan identitas bangsa Israel di mata bangsa-bangsa lain, menunjukkan bahwa mereka memiliki Allah yang berkuasa dan mulia. Keinginan Daud mencerminkan kerinduan universal untuk memiliki hubungan yang erat dan terstruktur dengan Sang Pencipta.
Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya perencanaan dan persiapan dalam melayani Tuhan. Meskipun Daud tidak membangun bait itu sendiri, ia mengumpulkan banyak material dan sumber daya sebagai persiapan. Ini menunjukkan komitmennya yang serius terhadap visi tersebut. Bagi kita hari ini, 1 Tawarikh 21:19 dapat menjadi pengingat bahwa Tuhan layak menerima yang terbaik dari kita, baik dalam hal waktu, tenaga, maupun sumber daya. Entah itu dalam pelayanan pribadi, komunal, atau dalam cara kita menghidupi iman kita sehari-hari, semangat untuk memberikan yang terbaik demi kemuliaan-Nya harus selalu membara. "Kemuliaan dan kebanggaan" yang Daud impikan sesungguhnya berakar pada pemahaman akan kebesaran dan kemurahan Tuhan yang tak terhingga.
Membangun "bait" bagi Tuhan di era modern dapat diartikan dalam berbagai cara. Ini bisa berarti membangun komunitas iman yang kuat, menjadi saksi Kristus di dunia, memuliakan Tuhan dalam pekerjaan kita, atau bahkan menciptakan karya seni yang membawa pesan spiritual. Intinya adalah bagaimana kita, dengan segenap hati dan sumber daya yang Tuhan percayakan, berusaha untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya dan menjadi "kebanggaan" bagi-Nya di tengah dunia.