1 Tawarikh 21:20

"Maka Ornan menoleh ke belakang, dilihatnya gad, dan empat anaknya ada bersama-samanya. Ornan sedang menggiling gandum."
Kebijaksanaan dalam Ketaatan 1 Tawarikh 21:20

Konteks dan Makna

Ayat 1 Tawarikh 21:20 menyajikan sebuah momen yang menarik dan sarat makna dalam narasi Alkitab. Peristiwa ini terjadi setelah keputusan Daud untuk menghitung rakyat Israel, sebuah tindakan yang dipersepsikan sebagai kesombongan dan ketidakpercayaan kepada Tuhan, yang berujung pada murka Tuhan dan bencana bagi umat-Nya. Setelah murka tersebut mereda, Tuhan memerintahkan Malaikat untuk menghentikan pembantaian.

Malaikat itu berdiri di dekat tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Di tengah situasi yang penuh ketegangan dan ancaman ilahi, tibalah Daud di tempat tersebut. Ayat ini menggambarkan reaksi Ornan saat melihat Daud datang. Ornan, yang sedang sibuk dengan pekerjaannya sehari-hari, yaitu menggiling gandum, segera menoleh ke belakang. Ia melihat tidak hanya Daud, tetapi juga keempat anaknya yang menyertainya.

Ketaatan di Atas Segalanya

Dalam tradisi Israel kuno, proses menggiling gandum adalah pekerjaan yang sangat penting dan seringkali dilakukan di tempat yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Ornan sedang menjalankan tugasnya ketika ia dihadapkan pada kehadiran seorang raja dan perintah ilahi yang berujung pada kemungkinan pengorbanan. Namun, fokus ayat ini bukanlah pada kekagetan Ornan semata, melainkan pada tindakannya.

Reaksi Ornan yang segera menoleh dan melihat Daud, serta anak-anaknya, menunjukkan bahwa ia siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Implikasinya, seperti yang diungkapkan dalam ayat-ayat selanjutnya, adalah Ornan dengan rendah hati dan sukarela menawarkan tanah serta peralatan menggilingnya untuk dijadikan korban persembahan kepada Tuhan. Ini adalah tindakan ketaatan yang luar biasa, di mana Ornan tidak menunjukkan keraguan atau keinginan untuk menahan miliknya, meskipun ia sedang sibuk dengan aktivitas penting.

Pelajaran untuk Masa Kini

Kisah 1 Tawarikh 21:20, bersama dengan kelanjutannya, mengajarkan kita tentang nilai ketaatan yang tulus dan tanpa pamrih. Ornan tidak menunda atau mengeluh, melainkan segera beralih dari pekerjaannya untuk merespons situasi yang dihadapi. Ini mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan beriman, kita dipanggil untuk selalu siap merespons panggilan Tuhan, bahkan ketika kita sedang terlibat dalam kesibukan sehari-hari.

Kehadiran keempat anaknya bersama Ornan juga bisa menjadi simbol dari dukungan keluarga dalam menjalankan kehendak Tuhan. Dalam situasi yang genting sekalipun, Ornan menunjukkan kesiapan untuk berkorban, yang akhirnya menyelamatkan banyak nyawa dan menjadi dasar bagi pembangunan Bait Suci di masa depan. Pelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa ketaatan sejati seringkali menuntut pengorbanan, tetapi imbalan dan berkat dari Tuhan jauh melebihi segala apa yang kita korbankan.