1 Tawarikh 21: 21

"Lalu Ornan berkata kepada Daud: "Sampaikanlah kepada hamba-Mu apa yang disukai tuanku raja. Persembahkanlah saja lembu api-apian untuk korban bakaran, dan hasil membajak untuk kayu api, dan gandum untuk korban sajian; semuanya itu hamba-Mu persembahkan kepada tuanku."

Kisah dalam 1 Tawarikh pasal 21 mencatat momen penting dalam sejarah Raja Daud. Setelah melakukan sensus yang dilarang oleh Tuhan, Daud dihadapkan pada pilihan hukuman yang mengerikan. Malaikat Tuhan berdiri di ambang pintu Yerusalem, siap untuk menghancurkan kota itu. Dalam keputusasaannya, Daud berseru kepada Tuhan, memohon agar hukuman itu diarahkan kepadanya dan kaumnya, bukan kepada umat yang tidak berdosa.

Tuhan mendengar seruan Daud dan memerintahkan malaikat-Nya untuk menghentikan penghakiman. Malaikat itu kemudian terlihat oleh Nabi Urim di arahan Ornan orang Yebus. Di sanalah, di atas grenjengan pengirikan Ornan, Tuhan memerintahkan Daud untuk mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban bakaran serta korban keselamatan. Ini adalah titik balik yang krusial, di mana intervensi ilahi mencegah bencana yang lebih besar dan membuka jalan bagi pemulihan.

Ayat yang kita soroti, 1 Tawarikh 21:21, memberikan gambaran tentang dialog antara Raja Daud dan Ornan, pemilik tanah tempat malaikat Tuhan berdiri. Daud, yang datang untuk membeli tempat pengirikan itu agar dapat mendirikan mezbah dan korban, bertemu dengan Ornan yang menawarkan segalanya secara cuma-cuma. Ornan, dengan kerendahan hati dan kedermawanan yang luar biasa, berkata kepada Daud, "Sampaikanlah kepada hamba-Mu apa yang disukai tuanku raja. Persembahkanlah saja lembu api-apian untuk korban bakaran, dan hasil membajak untuk kayu api, dan gandum untuk korban sajian; semuanya itu hamba-Mu persembahkan kepada tuanku."

Penawaran Ornan bukan sekadar pemberian materi. Ini adalah ekspresi iman yang mendalam dan penghormatan total kepada otoritas ilahi yang diwakili oleh Daud. Ia tidak hanya menawarkan harta benda miliknya – lembu, kayu, dan gandum – tetapi juga kesediaan untuk melayani dalam proses persembahan itu sendiri. Ini menunjukkan pemahaman Ornan tentang keseriusan situasi dan pentingnya menaati perintah Tuhan melalui Daud.

Momen ini juga menyoroti kesiapan Daud untuk bertindak sesuai dengan firman Tuhan, meskipun harus mengeluarkan biaya yang besar. Ia tidak mengambil tanah itu secara gratis, tetapi ingin membelinya dengan harga yang pantas. Hal ini menggarisbawahi prinsip bahwa persembahan kepada Tuhan seharusnya tidak diambil dari sesuatu yang tidak bernilai bagi kita, melainkan dari sesuatu yang berharga. Meskipun Ornan menawarkan segalanya, Daud tetap bersikeras untuk membeli tempat itu, yang nantinya akan menjadi lokasi Bait Suci di Yerusalem.

Kisah ini mengajarkan kita tentang berbagai aspek penting: pertama, tentang akibat dari ketidaktaatan dan kebesaran belas kasihan Tuhan yang mau mengampuni dan menghentikan murka-Nya. Kedua, tentang pentingnya ketaatan pada perintah Tuhan, bahkan ketika itu sulit atau mahal. Ketiga, tentang keindahan kerendahan hati dan kemurahan hati yang ditunjukkan oleh Ornan, yang bersedia memberikan yang terbaik demi ketaatan dan penghormatan kepada Tuhan. Dan keempat, tentang bagaimana dari sebuah kesalahan yang diperbaiki dengan tindakan iman yang tepat, dapat muncul sebuah lokasi yang menjadi pusat ibadah sepanjang sejarah, yaitu Gunung Moria tempat Bait Suci berdiri.

Perlindungan yang diberikan Tuhan, yang terlihat dari penghentian murka malaikat-Nya, serta kemauan Ornan untuk memberikan segalanya, adalah bukti nyata dari kuasa dan kasih ilahi. Mereka mengingatkan kita bahwa di tengah kesulitan, Tuhan tetap menyediakan jalan keluar, dan iman yang tulus akan selalu menemukan cara untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya.