"Dan Yosua mendirikan mezbah bagi TUHAN, Allah Israel, di atas batu yang belum pernah dipakai, dan di sana mereka mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN dan korban keselamatan."
Kisah dari 1 Tawarikh 21 sering kali membawa kita pada momen-momen krusial dalam kehidupan Daud dan bangsa Israel. Ayat keenam dari pasal ini, meskipun dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara tergantung pada terjemahannya, umumnya menyoroti sebuah perintah atau tindakan yang memiliki implikasi besar, seringkali terkait dengan sensus atau penghitungan yang tidak seharusnya dilakukan. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya kedaulatan Allah dan keterbatasan manusia.
Dalam konteks yang lebih luas, 1 Tawarikh 21:6 mengindikasikan bahwa meskipun seorang pemimpin memiliki kekuasaan dan pengaruh, mereka tetap tunduk pada kehendak ilahi. Tindakan yang tidak berdasarkan iman atau yang melanggar prinsip-prinsip rohani dapat membawa konsekuensi serius. Perintah untuk tidak menghitung umat secara numerik, atau penolakan terhadap sensus yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, adalah pengingat bahwa kekuatan dan keamanan sejati tidak terletak pada jumlah manusia semata, melainkan pada hubungan yang benar dengan Sang Pencipta.
Ayat ini, dan keseluruhan pasal 21, mengajarkan kita tentang pentingnya mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Ketika kita tergoda untuk mencari keamanan pada kekuatan diri sendiri, pada sumber daya duniawi, atau pada perhitungan yang dangkal, kita berisiko menjauh dari sumber berkat yang sejati. Ujian kepercayaan seringkali datang dalam bentuk kesempatan untuk bertindak berdasarkan logika manusiawi semata, tanpa mempertimbangkan implikasi spiritualnya. Daud, yang dikenal sebagai raja yang berkenan di hati Tuhan, pun pernah tersandung dalam hal ini.
Kisah ini juga menekankan bahwa kesalahan, sekecil apapun ia tampaknya dari sudut pandang manusia, dapat memiliki dampak yang luas. Respons Allah terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya seringkali adalah teguran, yang bertujuan untuk membawa kembali umat-Nya ke jalan yang benar. Namun, di tengah teguran tersebut, selalu ada ruang untuk pertobatan dan pemulihan. Ini adalah tema berulang dalam Kitab Tawarikh: sejarah Israel penuh dengan siklus jatuh bangun, namun kesetiaan Allah tetap teguh.
Belajar dari 1 Tawarikh 21:6 berarti kita diajak untuk terus merefleksikan motivasi di balik tindakan kita. Apakah kita bertindak karena dorongan iman, mengandalkan pimpinan Tuhan, ataukah kita bergerak karena keinginan untuk mengontrol, mengukur keberhasilan secara duniawi, atau mencari pengakuan dari manusia? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan kualitas hubungan kita dengan Tuhan dan arah perjalanan rohani kita. Dalam dunia yang serba terukur ini, penting untuk tidak melupakan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang bekerja, dan kepercayaan penuh kepada-Nya adalah fondasi yang tak tergoyahkan.