1 Tawarikh 21:9 - Sebuah Pengakuan Dosa yang Tulus

"Dan TUHAN berfirman kepada Gad, nabi Daud: 'Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: Tiga perkara Kuberikan kepadamu, pilihlah salah satu dari ketiganya, supaya Kulakukan atasmu.'"

Kisah yang tercatat dalam 1 Tawarikh pasal 21 membawa kita pada momen krusial dalam kehidupan Raja Daud. Setelah masa kejayaannya, Daud melakukan sebuah kesalahan besar yang berujung pada murka Tuhan. Ayat 9 dari pasal ini memperkenalkan sebuah tawaran penting dari Tuhan melalui nabi Gad, sebuah tawaran yang menuntut Daud untuk membuat pilihan yang sangat sulit. Ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga pelajaran mendalam tentang konsekuensi, pertobatan, dan belas kasihan Tuhan.

Peristiwa ini diawali dengan tindakan Daud yang memerintahkan Yoab untuk melakukan sensus penduduk Israel. Tindakan ini, meskipun mungkin terlihat sebagai upaya untuk mengetahui kekuatan militernya, dianggap sebagai tindakan kesombongan dan ketidakpercayaan kepada Tuhan. Alkitab mencatat bahwa Tuhan murka atas tindakan ini, dan sebagai akibatnya, tulah menyebar di antara bangsa Israel. Di tengah kesedihan dan ketakutan bangsa, Tuhan mengutus nabi Gad untuk menyampaikan pesan kepada Daud.

Pesan yang disampaikan oleh Gad adalah peringatan sekaligus kesempatan. Tuhan memberikan tiga pilihan hukuman yang harus dipilih oleh Daud. Pilihan-pilihan ini meliputi: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh sambil dikejar, atau tiga hari penyakit sampar. Masing-masing pilihan ini membawa penderitaan yang luar biasa bagi Daud dan umat yang dipimpinnya. Di sinilah letak ketegangan dan ujian iman bagi Daud. Ia harus memilih di antara berbagai bentuk bencana.

Penting untuk dicatat bahwa Tuhan tidak ingin menghukum, tetapi memberikan konsekuensi atas dosa. Namun, dalam kemurahan-Nya, Dia juga memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk menghadapi konsekuensi tersebut dengan cara yang paling tidak merusak, atau yang paling penting, dengan kesadaran akan kedaulatan-Nya. Pilihan yang ditawarkan bukan untuk menghindari hukuman sama sekali, melainkan untuk memilih jenis dan durasi hukuman tersebut.

Dalam menghadapi pilihan yang mengerikan ini, Daud menunjukkan karakternya yang sesungguhnya. Alih-alih memilih hukuman yang paling sedikit menyakitkan baginya secara pribadi, Daud menjawab, "Aku dalam kesukaran besar! Janganlah jatuh ke tangan manusia, melainkan biarlah aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab kasih setia-Nya sangat besar; janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia" (1 Tawarikh 21:13). Keputusan Daud ini mencerminkan pemahamannya yang mendalam tentang sifat Tuhan. Ia lebih percaya pada belas kasihan dan keadilan Tuhan daripada pada tangan manusia, bahkan jika itu berarti menanggung hukuman yang berat.

Kisah 1 Tawarikh 21:9 ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, dosa memiliki konsekuensi. Tindakan Daud yang lahir dari kesombongan membawa kesusahan bagi dirinya dan bangsanya. Kedua, Tuhan itu adil namun juga penuh belas kasihan. Dia memberikan hukuman, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memilih dan menunjukkan bahwa Dia lebih mengutamakan kebaikan umat-Nya. Ketiga, iman sejati adalah percaya pada Tuhan bahkan dalam situasi yang paling sulit. Daud memilih untuk jatuh ke dalam tangan Tuhan, menunjukkan keyakinannya pada kasih setia-Nya yang tak terbatas.

Pengakuan dosa dan kepercayaan kepada Tuhan yang ditunjukkan oleh Daud dalam menghadapi hukuman ini menjadi teladan bagi kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin juga menghadapi konsekuensi dari kesalahan kita. Namun, seperti Daud, kita dapat memilih untuk menghadapi hal tersebut dengan penyesalan yang tulus dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, mengetahui bahwa Dia adalah sumber pertolongan dan pemulihan kita.

Refleksi Iman