"Bukankah TUHAN, Allahmu, telah memberikan ketenteraman kepadamu di segenap penjuru? Bukankah Ia telah menyerahkan penduduk negeri ini ke dalam tangan hamba-Mu, sehingga negeri itu takluk kepada TUHAN dan kepada umat-Nya?"
Ayat 1 Tawarikh 22:18 merupakan pengingat yang kuat tentang anugerah dan kekuatan yang Tuhan berikan kepada umat-Nya, khususnya dalam konteks membangun dan mengamankan kerajaan. Kata-kata ini, diucapkan oleh Daud kepada Salomo, menekankan bahwa keberhasilan dalam menghadapi musuh dan menaklukkan negeri bukanlah semata-mata karena kekuatan manusia, tetapi adalah hasil langsung dari campur tangan ilahi. Tuhanlah yang memberikan ketenteraman dan menyerahkan lawan ke tangan hamba-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa setiap pencapaian yang berarti dalam hidup kita, terutama dalam melayani Tuhan dan membangun pekerjaan-Nya, selalu berakar pada kemurahan dan kuasa-Nya.
Dalam konteks sejarah Israel, Daud telah melalui banyak peperangan dan kesulitan. Namun, pada akhirnya, Tuhan memberikan ketenteraman dan membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang kuat dan dihormati di antara bangsa-bangsa sekitarnya. Ayat ini menjadi pijakan penting bagi Salomo yang akan melanjutkan tugas pembangunan Bait Suci. Ini bukan hanya tentang kemenangan militer, tetapi tentang kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Pengakuan ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan tidak pernah melupakan sumber kekuatan sejati kita.
Untuk Salomo, dan juga untuk kita hari ini, pesan dalam 1 Tawarikh 22:18 adalah sebuah undangan untuk membangun di atas fondasi iman. Tuhan telah memberikan "ketenteraman" dan "kemenangan", bukan untuk disia-siakan, tetapi untuk digunakan sebagai dasar bagi pekerjaan yang lebih besar, yaitu mendirikan rumah bagi Tuhan. Ini berarti bahwa setiap usaha yang kita lakukan dalam hidup, baik itu dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, atau bahkan dalam pencarian pengetahuan, seharusnya dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang baik.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengingatkan kita tentang tujuan dari ketenteraman dan kemenangan yang Tuhan berikan. Kemenangan tersebut memungkinkan Israel untuk beribadah kepada Tuhan tanpa gangguan dan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Ini adalah bukti nyata dari kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya. Bagi kita, ini seharusnya mendorong kita untuk tidak hanya merasa puas dengan pencapaian pribadi, tetapi untuk terus mencari cara bagaimana kita dapat menggunakan berkat-berkat Tuhan untuk memuliakan nama-Nya dan membawa dampak positif bagi dunia di sekitar kita. Membangun di atas fondasi yang kokoh, seperti yang Daud tekankan, berarti membangun kehidupan dan pelayanan kita di atas prinsip-prinsip firman Tuhan, dengan keyakinan bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik dalam diri kita, akan menyelesaikannya.
Dengan demikian, 1 Tawarikh 22:18 bukan sekadar ayat sejarah, tetapi sebuah pernyataan teologis yang relevan sepanjang masa. Ia mengajarkan kerendahan hati, rasa syukur, dan pentingnya mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Seperti halnya Israel yang ditaklukkan kepada Tuhan dan umat-Nya setelah menerima ketenteraman-Nya, kita pun dipanggil untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada kendali-Nya, sehingga kita dapat menjadi alat-Nya yang efektif untuk kemuliaan nama-Nya.