1 Tawarikh 22:5

"Dan Daud berkata: "Anakku Salomo masih muda dan belia, sedang rumah yang harus didirikan untuk TUHAN itu haruslah sungguh-sungguh masyhur, termasyhur dan agung di segala negeri. Sebab itu aku akan mempersiapkan persediaan untuknya." Lalu mulailah ia mempersiapkan banyak-banyak barang sebelum ia meninggal."

Simbol persiapan pembangunan bait Allah Bait Allah

Ayat 1 Tawarikh 22:5 menjadi saksi bisu dari sebuah keputusan besar yang diambil oleh Raja Daud. Meskipun ia memiliki kerinduan mendalam untuk mendirikan rumah bagi Tuhan, ia menyadari bahwa tugas mulia ini bukan lagi untuk dirinya, melainkan untuk generasi penerusnya. Daud melihat bahwa anaknya, Salomo, masih muda dan belia, namun berkat bimbingan dan persiapan yang matang, Salomo akan mampu memimpin pembangunan sebuah bait yang megah.

Keputusan Daud untuk mempersiapkan bahan-bahan pembangunan bait Allah secara ekstensif sebelum akhir hayatnya adalah tindakan penuh hikmat dan pandangan jauh ke depan. Ia tidak hanya mengandalkan keinginan, tetapi juga tindakan nyata. Persiapan ini mencakup pengumpulan emas, perak, tembaga, besi, kayu aras, dan berbagai batu berharga lainnya dalam jumlah yang sangat besar. Daud mengerti bahwa kemegahan bait Allah mencerminkan kemuliaan Tuhan sendiri, dan karena itu ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memastikan bahwa segala sesuatu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Fokus pada "sungguh-sungguh masyhur, termasyhur dan agung di segala negeri" menunjukkan aspirasi Daud untuk mendirikan tempat ibadah yang akan menjadi pusat perhatian dunia, tempat di mana kebesaran Tuhan dapat dinyatakan kepada semua bangsa. Ini bukan tentang kebanggaan pribadi, melainkan tentang kemuliaan nama Tuhan. Daud ingin agar bait Allah menjadi simbol kehadiran Tuhan yang nyata di tengah umat-Nya, sebuah mercusuar iman yang akan menarik orang dari berbagai penjuru untuk mengenal dan menyembah Dia.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam melayani Tuhan. Daud, meskipun tidak dapat mendirikan bait itu sendiri, memberikan warisan persiapan yang tak ternilai bagi Salomo. Ini mengingatkan kita bahwa tugas-tugas rohani seringkali merupakan pekerjaan berantai. Generasi sebelumnya mempersiapkan jalan bagi generasi berikutnya, dan setiap orang memiliki peran dalam pekerjaan besar Tuhan. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari proses ini, memberikan kontribusi kita melalui doa, sumber daya, dan perencanaan yang matang, agar pekerjaan Tuhan dapat terus maju dan berkembang.

Daud tidak menunda-nunda. Ia segera bertindak. Sikap proaktifnya ini adalah teladan yang patut dicontoh. Seringkali, kita menunda-nunda hal-hal penting karena merasa belum siap atau karena tugasnya tampak terlalu besar. Namun, Daud menunjukkan bahwa permulaan yang baik datang dari persiapan yang dimulai sejak dini. Dengan mengumpulkan bahan-bahan sejak masa pemerintahannya, ia memastikan bahwa Salomo dapat melanjutkan pekerjaan itu tanpa terhambat oleh kekurangan sumber daya. Ini adalah pelajaran berharga tentang keberlanjutan dan tanggung jawab lintas generasi dalam pelayanan.