Ulangan 16:21

"Janganlah engkau mendirikan tiang berhala di samping mezbah TUHAN, Allahmu, yang akan kaubuat bagimu."

Simbol larangan berhala dan kesetiaan pada satu Tuhan.

Makna Kesetiaan dalam Ibadah

Ayat Ulangan 16:21 merupakan bagian dari instruksi Allah kepada umat-Nya mengenai cara beribadah yang benar. Perintah ini sangat spesifik dan tegas: "Janganlah engkau mendirikan tiang berhala di samping mezbah TUHAN, Allahmu, yang akan kaubuat bagimu." Larangan ini tidak sekadar aturan formalitas, melainkan mencerminkan prinsip fundamental keagamaan yang menuntut kesetiaan mutlak kepada satu Tuhan.

Pada masa itu, praktik penyembahan berhala sangat umum di antara bangsa-bangsa lain. Berhala seringkali berupa patung atau objek yang diasosiasikan dengan dewa-dewi tertentu, dan pemujaannya melibatkan berbagai ritual, termasuk mendirikan tiang-tiang suci yang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Keberadaan tiang berhala di dekat mezbah Tuhan menunjukkan adanya pencampuran atau kompromi dalam ibadah, seolah-olah Tuhan bersedia berbagi kesetiaan umat-Nya dengan entitas lain.

Allah menegaskan bahwa ibadah yang diperkenan adalah ibadah yang murni dan eksklusif. Mezbah yang didirikan untuk menyembah TUHAN, Allah Israel, seharusnya menjadi tempat yang sakral dan terbebas dari segala bentuk najis penyembahan berhala. Tindakan mendirikan tiang berhala di sampingnya adalah bentuk pengabaian terhadap keesaan Allah dan penolakan terhadap otoritas-Nya sebagai satu-satunya sumber penyembahan.

Mengapa Larangan Ini Begitu Penting?

Pentingnya larangan ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, ini adalah tentang identitas umat Allah. Bangsa Israel dipanggil keluar dari tengah bangsa-bangsa lain untuk menjadi umat kepunyaan-Nya. Identitas ini dibentuk oleh kesetiaan mereka kepada satu Tuhan yang telah membebaskan mereka. Campur aduk dalam ibadah akan mengaburkan identitas mereka sebagai umat yang dikuduskan.

Kedua, ini adalah tentang pengakuan atas kedaulatan Allah. Dengan melarang penyembahan berhala, Allah menegaskan bahwa Dialah satu-satunya Penguasa, Sumber kehidupan, dan satu-satunya yang layak menerima segala pujian dan penyembahan. Segala bentuk pemujaan terhadap ciptaan (termasuk patung berhala) adalah bentuk perampasan kemuliaan yang seharusnya menjadi milik Allah semata.

Ketiga, ini adalah tentang menjaga kemurnian hubungan antara Allah dan umat-Nya. Hubungan perjanjian yang terjalin antara Allah dan Israel didasarkan pada kasih dan kesetiaan. Penyembahan berhala adalah tindakan pengkhianatan terhadap perjanjian ini, yang akan mendatangkan murka Allah dan menjauhkan umat dari hadirat-Nya.

Meskipun konteks sejarah dari ayat ini adalah larangan fisik terhadap tiang berhala, prinsipnya tetap relevan hingga kini. Di zaman modern, berhala bisa mengambil berbagai bentuk: kekayaan materi, kekuasaan, status sosial, kesenangan duniawi, atau bahkan diri sendiri. Ketika hal-hal tersebut menjadi fokus utama dalam hidup kita, menggeser prioritas kita dari Tuhan, maka kita tanpa sadar telah mendirikan "tiang berhala" di samping mezbah hati kita.

Ulangan 16:21 mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati kita tetap murni dan memberikan kesetiaan kita hanya kepada Allah. Ibadah yang sejati bukanlah sekadar ritual, melainkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Kita dipanggil untuk tidak berkompromi dengan apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, dan untuk selalu menempatkan Dia sebagai yang utama.