1 Tawarikh 24:7

"Undian yang pertama jatuh kepada Yoyarib, undian yang kedua kepada Yedaya,"
Ilustrasi simbolik pembagian tugas imam Yoyarib Yedaya ... ... Pembagian Suku

Makna Pembagian dalam Ibadah

Ayat 1 Tawarikh 24:7 mencatat sebuah momen penting dalam sejarah keorganisasian ibadah di Bait Suci Yerusalem. Pembagian giliran tugas bagi para imam dan keturunan Lewi bukanlah sekadar rutinitas administratif, melainkan fondasi yang memastikan kelancaran dan kekudusan setiap aspek ibadah kepada Tuhan. Undian yang disebutkan, termasuk yang jatuh kepada Yoyarib dan Yedaya, merupakan metode yang dipilih untuk menentukan urutan mereka dalam melayani.

Dalam tradisi Israel kuno, tugas imam sangatlah sakral. Mereka bertanggung jawab atas berbagai pelayanan di Bait Suci, mulai dari mempersembahkan korban, menjaga kekudusan tempat ibadah, hingga mengajarkan hukum Tuhan kepada umat. Dengan adanya pembagian yang jelas dan teratur, setiap kelompok dapat fokus pada tugasnya masing-masing tanpa kebingungan atau perselisihan. Ini mencerminkan prinsip keteraturan dan ketertiban yang Tuhan kehendaki dalam segala hal, terutama dalam penyembahan kepada-Nya.

Pembagian ini juga menunjukkan bahwa setiap keluarga imam memiliki kesempatan yang sama untuk melayani. Undian adalah cara yang adil untuk menentukan siapa yang mendapat giliran lebih awal atau lebih akhir. Hal ini menanamkan rasa kebersamaan dan kepatuhan terhadap otoritas yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah ketetapan Tuhan melalui Daud dan para pemimpin rohani pada masa itu. Keberadaan Yoyarib dan Yedaya sebagai dua keluarga pertama yang namanya tercatat menunjukkan pentingnya garis keturunan dalam struktur keimaman, sebagaimana yang telah ditetapkan.

Keteraturan dalam Pelayanan Rohani

Prinsip pembagian tugas dan giliran pelayanan yang diuraikan dalam pasal 24 Tawarikh ini memberikan pelajaran berharga bagi kehidupan rohani modern. Keteraturan dalam menjalankan tugas-tugas gereja atau pelayanan lainnya sangatlah esensial. Ketika setiap orang mengetahui perannya dan bersedia menjalankannya dengan setia, pelayanan akan berjalan lebih efektif dan berdampak.

Lebih dari sekadar struktur organisasi, ayat ini juga menekankan pentingnya hati yang siap melayani. Meskipun ada pembagian tugas, semangat pengabdian kepada Tuhan seharusnya menjadi motivasi utama. Keluarga-keluarga imam, termasuk Yoyarib dan Yedaya, menjalankan tugas mereka dengan pemahaman bahwa mereka adalah wakil umat di hadapan Tuhan. Ketaatan pada aturan dan jadwal adalah wujud penghormatan mereka terhadap panggilan kudus tersebut.

Dengan demikian, 1 Tawarikh 24:7 bukan hanya catatan sejarah tentang keorganisasian ibadah di masa lalu, tetapi juga menjadi pengingat abadi tentang nilai keteraturan, keadilan, dan kesiapan hati dalam setiap bentuk pelayanan rohani yang kita lakukan hari ini. Pentingnya menetapkan giliran dan tugas yang jelas, serta melaksanakannya dengan penuh dedikasi, merupakan kunci untuk menjaga kekudusan dan efektivitas pelayanan.