1 Tawarikh 26:22

"Orang-orang Lewi yang lain, yaitu Símeon, keturunannya, telah ditugaskan mengurus barang-barang pusaka, di bawah pimpinan Khésias, saudaranya, dan Simei, anaknya."

Melayani dengan setia

Ayat ini, 1 Tawarikh 26:22, membawa kita pada gambaran rinci mengenai organisasi dan struktur pelayanan di dalam Bait Allah pada masa raja Daud dan Salomo. Inti dari ayat ini adalah penunjukan dan tugas spesifik yang diberikan kepada suku Lewi, khususnya keturunan Símeon, dalam mengelola "barang-barang pusaka". Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengaturan dan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah dan pemeliharaan segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah Tuhan.

Dalam konteks Perjanjian Lama, suku Lewi memiliki peran sentral sebagai pelayan Tuhan. Mereka tidak memiliki tanah warisan seperti suku-suku Israel lainnya, melainkan diperuntukkan khusus untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Allah. Tugas mereka mencakup berbagai aspek, mulai dari memainkan musik, menyanyikan pujian, menjaga pintu gerbang, hingga yang ditekankan dalam ayat ini, yaitu mengelola harta benda dan barang-barang berharga yang dipersembahkan kepada Tuhan.

Ayat ini menyebutkan nama seorang pemimpin, Khésias, dan anaknya, Simei, sebagai penanggung jawab atas tugas pengelolaan barang-barang pusaka ini bagi keturunan Símeon. Ini menggarisbawahi prinsip kepemimpinan dan tanggung jawab turun-temurun dalam pelayanan. Kepercayaan yang diberikan kepada mereka menunjukkan bahwa mereka dianggap cakap, jujur, dan dapat diandalkan dalam menjaga titipan Tuhan. Pengelolaan barang-barang pusaka bukan sekadar urusan administrasi biasa; ini adalah bagian integral dari ibadah yang kudus, karena barang-barang tersebut diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan dan pemeliharaan rumah-Nya.

Lebih dari sekadar uraian historis, ayat ini memberikan pelajaran berharga bagi kita saat ini. Pertama, tentang pentingnya profesionalisme dan dedikasi dalam setiap tugas yang kita lakukan, terutama yang berkaitan dengan pelayanan kepada Tuhan. Sekecil atau sebesar apapun peran kita, jika itu dilakukan dengan kesungguhan dan kesetiaan, itu adalah bentuk ibadah yang berkenan di hadapan-Nya. Kedua, ayat ini mengajarkan tentang pentingnya integritas. Mengelola barang-barang pusaka, yang notabene adalah milik Tuhan, memerlukan kejujuran dan ketelitian agar tidak ada yang disalahgunakan atau hilang. Ketiga, prinsip kepemimpinan dan estafet tugas dari generasi ke generasi tetap relevan. Kita dipanggil untuk mempersiapkan generasi penerus agar mereka dapat melanjutkan pelayanan dengan setia.

Pelayanan di Bait Allah bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan sebuah sistem yang terorganisir dengan baik, di mana setiap individu dan kelompok memiliki peran penting. Ayat 1 Tawarikh 26:22 mengingatkan kita bahwa di balik setiap aspek pelayanan, ada tanggung jawab yang besar, kepercayaan yang harus dijaga, dan yang terpenting, tujuan untuk memuliakan nama Tuhan dalam segala hal. Keturunan Símeon, melalui tugas mereka mengelola barang-barang pusaka, turut berkontribusi dalam kelancaran dan kekudusan ibadah bangsa Israel.