Ayat 1 Tawarikh 28:19 memuat sebuah pernyataan penting dari Raja Daud kepada anaknya Salomo, serta kepada seluruh bangsa Israel. Pernyataan ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah penegasan ilahi mengenai sumber dan otoritas dari rancangan Bait Allah. Daud menjelaskan bahwa setiap detail, setiap instruksi mengenai pembangunan tempat ibadah yang mulia itu, bukanlah hasil pemikiran manusia semata, melainkan langsung diwahyukan oleh Tuhan sendiri kepada dirinya.
Peran Daud dalam persiapan pembangunan Bait Allah sangatlah signifikan. Meskipun ia adalah seorang raja yang gagah berani dan memiliki visi yang besar, Tuhan tidak mengizinkannya untuk membangun rumah bagi-Nya. Sebaliknya, Tuhan menugaskan tugas mulia ini kepada putranya, Salomo. Namun, Daud tidak tinggal diam. Ia mendedikasikan sisa hidupnya untuk mengumpulkan materi, merencanakan segala sesuatu dengan teliti, dan yang terpenting, menerima dan menyampaikan instruksi ilahi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan ketika tugas utama diserahkan kepada orang lain, peran seorang pemimpin dalam mempersiapkan fondasi dan memastikan kepatuhan terhadap kehendak Tuhan tetaplah krusial.
Pernyataan "dengan tulisan tangan-Nya" menekankan keakuratan dan otoritas dari instruksi yang diterima Daud. Ini bukan sekadar ilham atau saran, tetapi sebuah perintah yang jelas dan terperinci. Tuhan ingin memastikan bahwa Bait Suci yang akan dibangun, sebagai lambang kehadiran-Nya di tengah umat-Nya, akan sesuai dengan standar kesucian dan keagungan-Nya. Hal ini juga mengajarkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan ibadah dan pelayanan kepada Tuhan, kita harus bersandar pada firman-Nya dan bukan pada pemikiran atau tradisi manusia yang bisa jadi keliru.
Bagi bangsa Israel pada masa itu, ayat ini menjadi jaminan bahwa mereka sedang membangun sesuatu yang berkenan di hadapan Tuhan. Rancangan yang mereka ikuti adalah rancangan dari Sang Pencipta langit dan bumi sendiri. Ini memberikan semangat, keyakinan, dan motivasi yang luar biasa untuk mengerahkan segala sumber daya dan tenaga demi penyelesaian proyek yang monumental ini. Kemegahan Bait Allah yang kelak dibangun oleh Salomo bukan hanya cerminan kekayaan dan kekuasaan Israel, tetapi terutama adalah bukti kesetiaan Tuhan yang telah memberikan panduan langsung.
Dalam konteks kekinian, 1 Tawarikh 28:19 mengingatkan kita bahwa dasar dari segala sesuatu yang rohani, termasuk gereja dan kehidupan pribadi kita sebagai orang percaya, haruslah firman Tuhan. Kita dipanggil untuk membangun kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya, mengikuti petunjuk yang telah Dia berikan dalam Alkitab. Tuhan telah menyediakan "rancangan" yang sempurna bagi kita, dan tugas kita adalah menaatinya dengan setia, bukan mengandalkan kebijaksanaan kita sendiri yang terbatas.
Dengan demikian, ayat ini bukan hanya tentang pembangunan fisik sebuah bangunan, tetapi lebih dalam lagi, tentang prinsip ilahi yang mendasari segala sesuatu yang berkenan kepada Tuhan. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya otoritas ilahi, peran kepemimpinan yang mempersiapkan, dan keharusan kita untuk mengikuti petunjuk yang jelas dari Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita.