"Dan lihatlah, ada para imam dan orang Lewi untuk segala ibadat di Rumah Allah; mereka juga membawa korban bakaran dan korban sembelihan setiap waktu, danünsuri untuk persembahan korban, danünsuri untuk Mezbah, danünsuri untuk segala pekerjaan Rumah Allah."
Bayangkan gambaran megah dan terorganisir dari ibadah di Bait Allah.
Ayat 1 Tawarikh 28:21 menggambarkan sebuah tatanan yang luar biasa dalam pelayanan di Rumah Allah. Di bawah kepemimpinan Raja Daud, persiapan untuk pembangunan Bait Allah telah mencapai puncaknya, dan penunjukan para pelayan khusus menjadi sangat krusial. Ayat ini menegaskan betapa pentingnya organisasi, dedikasi, dan keteraturan dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Perhatikan bahwa tidak hanya para imam yang memiliki peran penting, tetapi juga orang-orang Lewi. Keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik, namun saling melengkapi. Para imam, keturunan Harun, bertugas untuk melakukan ritual-ritual terpenting, seperti mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan di mezbah. Sementara itu, orang-orang Lewi memiliki peran yang lebih luas, mencakup berbagai aspek pelayanan, termasuk mengurus aspek-aspek praktis dan logistik dari Rumah Allah.
Keterangan bahwa mereka "juga membawa korban bakaran dan korban sembelihan setiap waktu" menunjukkan kontinuitas dan keseriusan dalam ibadah. Ibadah bukanlah acara sesekali, melainkan sebuah rutinitas yang dijaga dengan ketat, yang mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap kekudusan Tuhan. Frasa "setiap waktu" menggarisbawahi dedikasi mereka yang tak kenal lelah, memastikan bahwa kehadiran Tuhan senantiasa dihormati dan disembah.
Ayat ini juga menyoroti aspek "unsuri" yang digunakan dalam berbagai aspek pelayanan. Kata ini bisa merujuk pada persediaan, peralatan, atau bahkan personel yang diperlukan. Ini menyiratkan bahwa pembangunan dan pemeliharaan Rumah Allah, serta kelancaran ibadahnya, memerlukan perencanaan yang matang dan sumber daya yang memadai. Raja Daud, meskipun tidak membangun Bait Allah secara fisik, telah mengumpulkan kekayaan dan mengatur segalanya dengan cermat agar putranya, Salomo, dapat menyelesaikan tugas besar itu.
Keberadaan "unsuri untuk mezbah" menegaskan bahwa pusat ibadah fisik, yaitu mezbah, mendapatkan perhatian khusus. Di sanalah titik pertemuan antara manusia dan Tuhan melalui korban-korban yang dipersembahkan. Keteraturan dan kelengkapan dalam penyediaan "unsuri" untuk mezbah menunjukkan penghormatan tertinggi terhadap proses pengampunan dosa dan pendamaian dengan Tuhan.
Di balik semua tatanan dan persiapan manusia ini, tersirat jaminan dukungan Ilahi. Ketika umat Tuhan berupaya untuk melayani-Nya dengan setia dan teratur, Tuhan sendiri yang akan memberikan hikmat, kekuatan, dan berkat. Ayat ini bukan hanya tentang organisasi manusia, tetapi tentang respons terhadap panggilan Tuhan untuk membangun tempat kediaman-Nya di antara umat-Nya.
Dalam konteks yang lebih luas, 1 Tawarikh 28:21 mengingatkan kita akan pentingnya menyerahkan setiap aspek kehidupan, termasuk pelayanan dan pekerjaan kita, kepada Tuhan. Sama seperti Raja Daud yang telah mempersiapkan segalanya dengan teliti, kita pun dipanggil untuk melakukan tugas-tugas kita dengan penuh dedikasi dan kesungguhan, dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menyertai setiap langkah kita. Keteraturan dalam ibadah dan pelayanan mencerminkan ketertiban dan kekudusan Tuhan sendiri, yang patut kita tiru dalam kehidupan sehari-hari.
Persembahan korban, pelayanan Lewi, dan segala "unsuri" yang disebutkan dalam ayat ini merupakan gambaran dari pengabdian total kepada Tuhan. Di era modern, ini dapat diartikan sebagai pelayanan kita dalam gereja, komunitas, dan di mana pun Tuhan menempatkan kita, dilakukan dengan hati yang tulus dan ketekunan yang tak tergoyahkan.