1 Tawarikh 28 4: Hati Daud dan Pembangunan Bait Allah

"Tetapi TUHAN, Allah Israel, telah memilih aku dari seluruh kaum keluargaku untuk menjadi raja atas Israel untuk selama-lamanya; sebab Ia telah memilih Yehuda menjadi pemimpin, dan di dalam kaum Yehuda kaumku, dan di antara anak-anak Yehuda, yang paling bungsu ialah ayahku. Dan Ia berkenan menempatkan aku atas seluruh Israel."

Hati
Simbol hati yang tulus untuk pembangunan Bait Allah

Ayat 1 Tawarikh 28:4 memuat pengakuan Raja Daud di hadapan seluruh Israel. Ia menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang telah memilihnya dari seluruh keluarga ayahnya untuk menjadi raja atas umat pilihan-Nya. Pilihan ini bukan datang dari kehendak manusia, melainkan dari anugerah ilahi. Daud menyadari bahwa ia adalah pilihan terakhir dalam garis keturunan ayahnya, Isai, yang kemudian diangkat untuk memimpin seluruh bangsa Israel. Pengakuan ini menunjukkan kerendahan hati dan rasa syukur Daud atas mandat yang dipercayakan kepadanya.

Lebih dari sekadar pengakuan sebagai raja, Daud juga menegaskan bahwa hatinya selalu terarah kepada Tuhan. Dalam konteks pembangunan Bait Allah, pengakuan ini menjadi fondasi spiritual yang sangat penting. Daud tidak memandang pembangunan Bait Suci sebagai proyek politik semata, tetapi sebagai tugas yang diamanatkan oleh Allah. Ia ingin membangun sebuah rumah bagi Tuhan, tempat di mana hadirat-Nya akan bersemayam di tengah-tengah umat-Nya. Penekanannya pada "hati" menyiratkan bahwa niat yang tulus dan motivasi yang benar adalah yang utama di mata Tuhan.

Kisah Daud dalam 1 Tawarikh bab 28 mengungkapkan transformasi hati yang mendalam. Meskipun Daud pernah jatuh dalam dosa, ia adalah seseorang yang berhati tulus dan selalu kembali kepada Tuhan. Pengakuan akan pemilihan ilahi dan kerinduan untuk membangun rumah bagi Tuhan menunjukkan bahwa Daud telah belajar dari pengalamannya. Ia mengerti bahwa kekuasaan dan posisi hanyalah sarana untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Semangat Daud dalam mengumpulkan bahan-bahan dan mempersiapkan rencana pembangunan Bait Allah, meskipun ia tidak dapat membangunnya sendiri karena tangannya berlumuran darah perang, adalah teladan iman dan ketaatan.

Firman Tuhan ini mengajarkan kita tentang pentingnya hati yang tulus dalam setiap pelayanan yang kita lakukan. Sama seperti Daud yang memiliki hati untuk Tuhan, kita pun dipanggil untuk mendedikasikan hidup kita bagi-Nya. Pembangunan Bait Allah secara fisik telah selesai oleh Salomo, putranya, namun esensi dari firman ini tetap relevan: hati yang siap melayani, yang mengakui kedaulatan Tuhan, dan yang termotivasi oleh kasih kepada-Nya, adalah persembahan yang paling berkenan. Perhatikanlah bagaimana firman ini mengingatkan kita bahwa anugerah Tuhan seringkali datang melalui garis keturunan yang tidak terduga, dan bahwa Dia memiliki rencana besar bagi mereka yang mau tunduk pada kehendak-Nya.