1 Tawarikh 29:4 - Pemberian untuk Bait Allah

"dan emas, bahkan emas Ufir, sebanyak 3.000 talenta, dan perak murni sebanyak 7.000 talenta, untuk melapisi dinding rumah itu dari dalam."

Persembahan Berharga Emas & Perak Murni
Ilustrasi persembahan emas dan perak untuk Bait Allah.

Konteks dan Makna

Ayat 1 Tawarikh 29:4 merupakan bagian dari narasi penting mengenai persiapan Raja Daud untuk pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Setelah menyelesaikan banyak persiapan, termasuk mengumpulkan materi-materi berharga, Daud memimpin sebuah doa pengucapan syukur dan pengakuan yang mendalam di hadapan seluruh jemaat Israel. Dalam doa ini, Daud secara spesifik menyebutkan sumbangan pribadinya yang sangat besar: tiga ribu talenta emas dari Ufir dan tujuh ribu talenta perak murni. Jumlah ini sungguh fantastis dan menunjukkan betapa besar komitmen Daud serta kekayaan yang telah dikumpulkan untuk proyek ilahi ini.

Emas Ufir dikenal karena kualitasnya yang sangat tinggi dan kemurniannya. Penyebutannya secara spesifik menekankan nilai luar biasa dari persembahan tersebut. Perak murni juga menjadi bahan penting untuk melapisi bagian dalam rumah ibadah, memberikan keindahan dan kemegahan yang mencerminkan kemuliaan Tuhan. Persembahan ini bukan hanya sekadar transaksi materi, melainkan ekspresi iman, ketaatan, dan kerinduan yang mendalam untuk memuliakan Allah.

Implikasi bagi Umat Percaya

Kisah persembahan Daud dalam 1 Tawarikh 29:4 memberikan pelajaran berharga bagi umat percaya di masa kini. Pertama, ayat ini mengajarkan tentang pentingnya kesungguhan dan kemurahan hati dalam memberikan persembahan kepada Tuhan. Daud tidak ragu untuk memberikan bagian terbesarnya, bahkan sebagian besar kekayaannya, untuk pembangunan rumah Tuhan. Ini adalah teladan tentang bagaimana seharusnya kita memperlakukan pemberian kita kepada Tuhan; bukan sebagai kewajiban semata, tetapi sebagai kesempatan untuk menunjukkan cinta dan pengabdian kita.

Kedua, ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan. Daud sendiri mengakui hal ini dalam doanya, "Sebab dari pada-Mu datangnya segala sesuatu, dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami persembahkan kepada-Mu" (1 Tawarikh 29:14). Pemahaman ini seharusnya memampukan kita untuk memberi dengan sukacita, tanpa rasa berat hati atau perhitungan. Kita memberi bukan karena kita "punya" lebih, tetapi karena kita "diberi" oleh Tuhan.

Ketiga, persembahan berharga seperti yang disebutkan dalam ayat ini digunakan untuk tujuan yang mulia: pembangunan dan pemuliaan Bait Allah. Meskipun konteksnya adalah Bait Allah fisik di zaman Perjanjian Lama, prinsipnya tetap berlaku. Persembahan kita hari ini digunakan untuk memelihara gereja, menyebarkan Injil, menolong sesama yang membutuhkan, dan berbagai pelayanan lain yang memuliakan nama Tuhan. Setiap persembahan, sekecil apapun, memiliki peran dalam pekerjaan Tuhan.

Terakhir, kesuksesan proyek pembangunan Bait Allah tidak hanya bergantung pada jumlah materi yang terkumpul, tetapi juga pada hati para pemberi. Daud dan rakyat Israel memberikan dengan sukarela, hati yang tulus, dan semangat yang mempersatukan. Semangat memberi yang sejati datang dari hati yang mengasihi Tuhan dan rindu untuk memuliakan-Nya. Maka, marilah kita meneladani teladan Raja Daud, memberikan yang terbaik yang kita miliki kepada Tuhan, bukan karena paksaan, tetapi dengan sukacita dan rasa syukur.