Kitab 1 Tawarikh, khususnya pasal 4, seringkali diisi dengan daftar silsilah keluarga. Namun, di tengah-tengah nama-nama yang mungkin terdengar asing bagi banyak orang, terselip sebuah kisah singkat namun sarat makna tentang seorang tokoh bernama Yabes. Ayat 8 dari pasal ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah teladan tentang bagaimana doa yang tulus dan penuh keyakinan dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan seseorang, bahkan dari latar belakang yang penuh kesulitan.
Nama Yabes sendiri memiliki arti yang cukup berat, yaitu "kesakitan". Ibunya menamainya demikian karena merasa melahirkannya dengan susah payah. Bayangkan betapa beratnya beban nama tersebut bagi Yabes seumur hidupnya. Namun, yang luar biasa adalah bagaimana Yabes merespons realitas hidupnya. Alih-alih membiarkan makna namanya mendefinisikan dirinya, ia memilih untuk berseru kepada Allah Israel. Ini adalah titik balik yang krusial; ia tidak menyerah pada keadaan, tetapi mencari kekuatan dari sumber yang tertinggi.
Doa Yabes dalam 1 Tawarikh 4:10 diuraikan dalam empat permohonan spesifik yang menunjukkan kedalaman visinya dan kebutuhannya yang mendasar:
Yang paling mengharukan adalah penutup ayat ini: "Dan Allah mengabulkan permintaannya." Pernyataan singkat ini memberikan peneguhan yang luar biasa. Doa Yabes tidak sia-sia; Allah mendengar dan mengabulkannya. Kisah ini mengajarkan bahwa latar belakang, nama, atau kesulitan awal bukanlah penentu akhir dari kehidupan kita. Dengan iman dan doa yang sungguh-sungguh, kita dapat mengalami intervensi ilahi yang mengubah segalanya, membawa kita pada jalan berkat dan perlindungan.
Kisah Yabes adalah pengingat yang kuat bagi kita semua bahwa Allah peduli terhadap kebutuhan dan kerinduan hati kita. Sama seperti Yabes, kita pun dipanggil untuk datang kepada-Nya dengan keberanian dan keyakinan, memohon bimbingan, berkat, dan perlindungan-Nya. Doa Yabes bukan hanya kisah masa lalu, tetapi sebuah undangan bagi kita untuk mengalami kuasa doa yang sama di masa kini.