Ketika Kornelius memandang dia, ia menjadi takut dan berkata: "Apakah gerangan, Tuan?". Lalu kata malaikat itu kepadanya: "Doamu dan sedekahmu telah sampai sebagai suatu peringatan ke hadirat Allah.
Kisah Para Rasul pasal 10 menyajikan momen krusial dalam penyebaran Injil, menandai titik balik penting dalam sejarah Kekristenan awal. Ayat 25, yang mengisahkan reaksi Kornelius saat melihat malaikat, membuka pintu pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui doa dan kebajikan seseorang, bahkan sebelum mereka mengenal kebenaran sepenuhnya.
Cornelius, seorang perwira tentara Romawi yang ditempatkan di Kaisarea, digambarkan sebagai orang yang saleh, takut akan Allah, memberi sedekah dengan murah hati kepada umat, dan selalu berdoa kepada Allah. Gambaran ini sangat penting. Ia bukan seorang Yahudi, namun ia memiliki ketakutan yang tulus kepada Allah, mencari-Nya, dan hidup sesuai dengan pemahaman terbaiknya. Kualitas-kualitas ini tidak luput dari perhatian ilahi. Doa dan sedekahnya telah menjadi persembahan yang naik ke hadapan Tuhan, sebuah kesaksian tentang kerinduannya akan kebenaran dan kebaikan.
Saat malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara, reaksi Kornelius adalah campuran antara kekaguman dan rasa takut. Kehadiran ilahi seringkali menimbulkan respons semacam itu pada manusia. Namun, kata-kata malaikat, "Doamu dan sedekahmu telah sampai sebagai suatu peringatan ke hadirat Allah," adalah inti dari pesan tersebut. Ini menunjukkan bahwa tindakan iman dan ketaatan yang tulus, sekecil apapun, dilihat dan diingat oleh Tuhan. Ini bukan berarti doa dan perbuatan baik saja sudah cukup untuk keselamatan, melainkan bahwa Tuhan merespons hati yang mencari-Nya dengan tulus. Doa Kornelius bukanlah doa formalitas belaka, melainkan sebuah ekspresi kerinduan spiritual yang mendalam.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan tidak memandang bulu. Dia peduli pada setiap individu yang mencari-Nya, tanpa memandang latar belakang suku, bangsa, atau agama mereka. Cornelius adalah contoh sempurna dari seseorang yang hidup dalam kegelapan relatif namun tetap berusaha mencari terang. Tuhan, dalam kasih dan kebijaksanaan-Nya, merencanakan untuk menjangkaunya melalui cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Peristiwa ini kemudian mengarah pada pengutusan Petrus untuk mengunjungi rumah Kornelius, sebuah tindakan yang sangat revolusioner bagi Petrus dan orang-orang Yahudi pada masa itu. Bertemu dengan Kornelius dan orang-orang di rumahnya, Petrus menyadari bahwa "Allah tidak memandang muka" dan bahwa "barangsiapa dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan berbuat kebenaran, berkenan kepada-Nya." Roh Kudus kemudian turun atas mereka, membuktikan bahwa keselamatan melalui Yesus Kristus tersedia bagi semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi.
Kisah rasul 10:25 mengingatkan kita akan kekuatan doa yang terus-menerus dan pentingnya hidup dalam ketaatan dan kebaikan. Doa kita tidak pernah sia-sia di hadapan Tuhan. Ketika kita mencari-Nya dengan hati yang tulus, bahkan sebelum kita memahami seluruh kebenaran, Tuhan mendengarkan dan merencanakan langkah-langkah-Nya untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Ini adalah janji yang menghibur dan motivasi bagi kita untuk terus berdoa, berbuat baik, dan membuka hati kita terhadap kehendak-Nya.