2 Korintus 11:21 - Keutamaan Kristus Di Atas Segala

"Dan dalam segala sesuatu aku dianggap malu, tetapi dalam hal itu, di mana orang berani bertindak — kebodohan, aku berkata — aku berani juga."
Simbol Kekuatan dan Keberanian

Ayat 2 Korintus 11:21 yang dibacakan di atas memang terdengar menantang. Rasul Paulus, seorang rasul yang penuh dengan hikmat dan pengabdian, tampaknya sedang membanggakan dirinya, sesuatu yang mungkin kita anggap bertentangan dengan kerendahan hati yang seharusnya menjadi ciri seorang hamba Tuhan. Namun, jika kita memahami konteksnya, kita akan melihat bahwa keberanian Paulus bukan berasal dari kesombongan pribadi, melainkan dari keyakinan yang teguh pada kuasa dan keutamaan Kristus yang ada di dalam dirinya. Paulus tidak membanggakan kekuatannya sendiri, melainkan bagaimana Kristus bekerja melalui kelemahan dan tantangan yang dihadapinya.

Dalam surat-suratnya, Paulus sering kali berbicara tentang kerendahan hati dan tentang bagaimana dia merasa dirinya yang terkecil di antara semua rasul. Namun, ketika ia berhadapan dengan para pengajar palsu di Korintus yang memutarbalikkan ajaran Kristus dan mencoba menarik para jemaat menjauh dari kebenaran, Paulus merasa perlu untuk membela Injil dan otoritas kerasulannya. Keberanian yang ia ungkapkan dalam ayat ini adalah keberanian yang diilhami oleh Roh Kudus, sebuah keberanian untuk tetap teguh pada kebenaran Injil, meskipun itu berarti harus "berbicara kebodohan" dalam pandangan duniawi.

Perkataan Paulus ini bukanlah ajakan untuk bersikap sombong atau membanggakan diri secara pribadi. Sebaliknya, ia sedang menyoroti perbedaan fundamental antara dirinya yang mengandalkan Kristus dan para nabi palsu yang membanggakan diri mereka sendiri dan ajaran yang menyimpang. Ketika para penipu itu merasa berani dalam kebohongan mereka, Paulus pun merasa berani dalam kebenaran dan kuasa Kristus yang hidup di dalam dirinya. Ini adalah pengakuan bahwa segala kekuatan, hikmat, dan otoritas Paulus berasal dari Yesus Kristus. Ia telah mempersembahkan hidupnya untuk Kristus, dan dalam segala situasi, ia mengutamakan kemuliaan-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang percaya, seringkali kita menghadapi situasi yang menuntut keberanian. Mungkin itu adalah keberanian untuk bersaksi tentang iman kita di tengah penolakan, keberanian untuk tetap melakukan yang benar ketika godaan datang, atau keberanian untuk mengampuni ketika kita terluka. Ayat 2 Korintus 11:21 mengingatkan kita bahwa keberanian sejati tidak berasal dari kekuatan diri kita yang terbatas, melainkan dari Kristus yang berdiam di dalam kita. Ia adalah sumber segala kekuatan, kasih, dan kebenaran. Dengan bersandar pada-Nya, kita pun dapat menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan, bukan karena kehebatan kita, tetapi karena kehebatan Dia yang telah menebus kita.

Mengapa Paulus merasa perlu "malu" dalam hal-hal lain tetapi berani dalam hal ini? Ini karena "hal ini" merujuk pada kerasulannya dan pemberitaannya tentang Kristus. Dalam pandangan dunia yang mengagungkan kekuatan, kekayaan, dan pengaruh pribadi, pengabdian Paulus yang penuh penderitaan, penganiayaan, dan kemiskinan demi Kristus bisa dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Namun, Paulus justru bangga akan hal itu karena di dalamnya terpancar kuasa Kristus yang tidak terlihat. Ia berani membela Injil, bahkan jika itu berarti dianggap bodoh oleh dunia, karena ia tahu bahwa Injil adalah kuasa Allah untuk menyelamatkan.

Jadi, mari kita renungkan makna mendalam dari 2 Korintus 11:21. Ini adalah panggilan bagi kita untuk mengidentifikasi sumber keberanian kita. Apakah kita mencari kekuatan dari diri sendiri, atau kita bersandar pada Kristus yang tidak pernah gagal? Dengan memahami bahwa keutamaan dan kuasa sejati ada di dalam Kristus, kita dapat hidup dengan keberanian yang ilahi, siap untuk menghadapi apa pun demi kemuliaan nama-Nya.