2 Korintus 11:22

"Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga. Apakah mereka orang Israel? Aku juga. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga."

Meneguhkan Identitas dan Keterikatan

Ayat 2 Korintus 11:22 adalah sebuah pernyataan tegas dari Rasul Paulus mengenai identitas dan latar belakangnya. Dalam konteks suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus sedang menghadapi kritik dan keraguan dari sekelompok orang yang menyebut diri mereka "rasul-rasul terkemuka" atau "rasul-rasul super". Mereka berusaha merusak otoritas Paulus dengan mempertanyakan latar belakangnya, pencapaiannya, dan kerasulannya.

Dalam menghadapi serangan ini, Paulus memilih untuk tidak membalas dengan hinaan atau intimidasi. Sebaliknya, ia mengutip tiga identitas fundamental yang dipegang oleh umat Yahudi: menjadi orang Ibrani, orang Israel, dan keturunan Abraham. Dengan menyatakan, "Aku juga," Paulus menegaskan bahwa ia memiliki silsilah dan warisan rohani yang sama dengan mereka yang dianggap paling terpandang dalam tradisi Yahudi. Ini adalah langkah strategis untuk menunjukkan bahwa ia tidak lebih rendah dari para kritikusnya.

Simbol yang menggambarkan tiga pilar identitas: Ibrani, Israel, dan Keturunan Abraham, dengan simbol sentral A.I.

Visualisasi identitas yang ditegaskan Paulus.

Lebih dari Sekadar Latar Belakang

Penting untuk dipahami bahwa Paulus tidak meninggikan statusnya semata-mata berdasarkan silsilah. Identitas "Ibrani", "Israel", dan "keturunan Abraham" bagi Paulus memiliki makna yang jauh lebih dalam. Ini adalah janji-janji Allah, hukum Taurat, perkenanan Allah, dan persekutuan dengan bangsa-bangsa lain (Roma 9:4-5). Dengan mengklaim identitas ini, Paulus juga menyatakan bahwa ia adalah penerima dari berkat-berkat dan mandat ilahi yang sama.

Ia menggunakan klaim ini sebagai landasan untuk berbicara tentang pelayanannya yang sesungguhnya. Meskipun ia memiliki latar belakang yang murni Yahudi, Paulus telah memilih untuk melayani Kristus dan membawa Injil kepada bangsa-bangsa lain. Hal ini justru menjadi keunggulan dan bukti kesetiaan totalnya kepada panggilan Kristus. Para kritikusnya mungkin bangga dengan warisan mereka, tetapi Paulus menggunakan warisan itu sebagai dasar untuk menunjukkan bagaimana ia melayani Tuhan dengan segala kesungguhannya, bahkan ketika itu berarti menghadapi kesulitan dan penganiayaan.

Dalam perbandingan dengan para rasul palsu, Paulus kemudian akan merinci penderitaannya demi Kristus (2 Korintus 11:23-28). Pernyataan "Aku juga" di ayat 22 menjadi titik tolak. Ia menunjukkan bahwa di balik kesamaan latar belakang, ada perbedaan fundamental dalam kesetiaan dan cara melayani. Para kritikusnya mungkin sekadar bangga dengan identitas mereka tanpa menunjukkannya dalam karya nyata, sementara Paulus, yang memiliki identitas tersebut, justru menggunakannya sebagai pijakan untuk pelayanan yang penuh pengorbanan. Ayat ini adalah pengingat bahwa identitas kita di hadapan Tuhan bukan hanya tentang asal-usul, tetapi lebih penting lagi, tentang bagaimana kita menggunakannya untuk memuliakan-Nya dan melayani sesama.