2 Raja-Raja 12:3

"Sesudah itu ia mendirikan mezbah di rumah TUHAN dan membuat mezbah-mezbah pengorbanan untuk segala macam korban, lalu menyuruh orang Yehuda dan Yerusalem untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, kepada Allah nenek moyang mereka."

RUMAH TUHAN

Ayat dari 2 Raja-Raja 12:3 memperkenalkan kita pada Raja Yoas dari Yehuda. Setelah masa-masa yang penuh gejolak dan pengaruh dari Athalia yang jahat, Yoas naik takhta dalam usia yang masih muda. Namun, di bawah bimbingan Imam Besar Yoyada, Yoas memulai periode pemerintahan yang berbeda. Ayat ini secara khusus menyoroti salah satu tindakan pertamanya yang signifikan: pembangunan kembali dan pemulihan ibadah kepada TUHAN.

Tindakan ini sangat penting karena mencerminkan sebuah pergeseran dari praktik-praktik yang menyimpang yang mungkin telah terjadi sebelumnya. Dalam budaya Israel kuno, pembangunan kembali mezbah dan pemulihan ibadah adalah simbol pemulihan spiritual dan kesetiaan kepada perjanjian dengan Allah. Yoas tidak hanya memerintahkan pembangunan mezbah, tetapi juga secara eksplisit meminta agar orang Yehuda dan Yerusalem mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada akar spiritual mereka, untuk menghormati warisan leluhur mereka yang saleh, dan untuk membangun kembali hubungan yang kuat dengan Pencipta mereka.

Penggunaan kata "membuat mezbah-mezbah pengorbanan untuk segala macam korban" menunjukkan adanya upaya yang komprehensif. Ini bukan sekadar perbaikan kecil, melainkan revitalisasi seluruh sistem ibadah yang diatur dalam Taurat. Hal ini menunjukkan keseriusan Yoas dalam memimpin bangsanya kembali ke jalan yang benar. Panggilan untuk mempersembahkan korban tidak hanya bersifat ritusial, tetapi juga sarat makna teologis, mengingatkan umat Allah akan pentingnya pengorbanan dan penebusan dosa.

Konteks sejarah di balik ayat ini memberikan bobot tambahan. Setelah kematian Raja Daud dan Salomo, ibadah kepada Allah sering kali dicampuri dengan penyembahan berhala, terutama selama masa pemerintahan raja-raja yang tidak setia di kerajaan Israel utara, dan bahkan terkadang di Yehuda. Pangeran-pangeran yang berkuasa atas takhta sering kali tunduk pada pengaruh budaya dan agama tetangga mereka yang menyimpang. Oleh karena itu, tindakan Yoas untuk menegaskan kembali ibadah yang murni kepada TUHAN adalah tindakan pemberontakan yang positif terhadap kemurtadan. Ia memilih untuk berpegang teguh pada ajaran nenek moyangnya yang saleh, yang meletakkan dasar bagi bangsa Israel.

Kisah Yoas ini mengajarkan kita bahwa kepemimpinan yang saleh dimulai dengan komitmen untuk mengembalikan apa yang telah hilang, terutama dalam hal spiritual. Membangun kembali mezbah, dalam pengertian rohani, berarti menegaskan kembali nilai-nilai dan prinsip-prinsip fundamental. Ini adalah pengingat bahwa kemajuan sejati tidak hanya terletak pada pembangunan fisik atau kemajuan materi, tetapi juga pada pemulihan hubungan yang benar dengan yang ilahi dan komitmen terhadap kebenaran. Pemberontakan Yoas terhadap kemurtadan adalah pemberontakan demi kebaikan, demi pemulihan, dan demi kesetiaan kepada Allah yang telah memilih dan memberkati umat-Nya.