Yosua 4:23

"Sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan air sungai Yordan di depanmu, sampai kamu menyeberang, seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, di Laut Merah, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita sampai kita menyeberang."

Dasar Sungai Kering

Ayat Yosua 4:23 merupakan pengingat kuat akan kuasa dan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Ayat ini tercatat dalam narasi ketika bangsa Israel, di bawah pimpinan Yosua, baru saja menyeberangi sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian. Peristiwa ini bukanlah penyeberangan biasa; ini adalah pengulangan mukjizat yang pernah mereka alami sebelumnya di Laut Merah.

Penyebutan kembali pengalaman di Laut Merah dalam ayat ini bertujuan untuk menekankan kesinambungan karya Allah. Sebagaimana Allah membuka jalan bagi leluhur mereka untuk melarikan diri dari perbudakan Mesir, demikian pula Ia membuka jalan bagi generasi mereka untuk memasuki tanah warisan mereka. Kedua peristiwa ini melambangkan pembebasan dari belenggu dan pembukaan jalan menuju kebebasan dan kepenuhan janji.

Sungai Yordan, yang pada waktu itu sedang meluap karena musim panen, menjadi hambatan fisik yang menakutkan. Namun, seperti yang Yosua ingatkan kepada bangsa itu, Allah sendiri yang bertindak. Para imam yang membawa tabut perjanjian berhenti di tepi sungai, dan seketika itu juga air sungai berhenti mengalir dari hulu dan terkumpul di satu tempat, memungkinkan seluruh bangsa Israel menyeberang dengan kaki kering. Ini adalah demonstrasi kuasa ilahi yang luar biasa, menunjukkan bahwa tidak ada rintangan yang terlalu besar bagi Allah untuk diatasi demi mewujudkan rencana-Nya.

Pesan yang terkandung dalam Yosua 4:23 sangat relevan bagi kita saat ini. Ayat ini mengajak kita untuk tidak melupakan perbuatan-perbuatan besar yang telah Allah lakukan dalam hidup kita. Sama seperti bangsa Israel diperintahkan untuk mendirikan tugu peringatan dari batu-batu yang mereka ambil dari tengah sungai Yordan, kita pun dipanggil untuk mengingat dan merayakan campur tangan Allah dalam situasi-situasi sulit yang telah kita lewati. Pengalaman-pengalaman ini menjadi bukti kesetiaan-Nya dan sumber kekuatan serta iman ketika kita menghadapi tantangan baru.

Mengenang karya Allah bukan hanya sekadar mengingat masa lalu, tetapi juga sebuah tindakan iman yang memperkuat keyakinan kita akan kehadiran-Nya di masa kini dan masa depan. Ketika kita dihadapkan pada "sungai" kehidupan yang tampaknya tak dapat diseberangi, kita dapat berpegang pada janji bahwa Allah yang sama yang telah mengeringkan sungai Yordan dan Laut Merah, akan senantiasa menyertai kita, menyediakan jalan, dan memberikan kemenangan. Yosua 4:23 mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah berubah; kasih setia dan kuasa-Nya tetap sama dari generasi ke generasi.