Kisah dalam Kitab 2 Raja-Raja pasal 19 merupakan salah satu narasi paling dramatis dalam sejarah Israel kuno. Raja Asyur, Sanherib, dengan pasukannya yang besar dan mengintimidasi, mengepung Yerusalem, ibu kota Yehuda. Ancaman kehancuran terasa begitu nyata, dan umat Allah berada di ambang keputusasaan. Namun, di tengah kegelapan dan ketakutan itu, nabi Yesaya menyampaikan pesan penghiburan dan janji ilahi yang luar biasa kepada Raja Hizkia.
Ayat ke-34 dari pasal ini, yang berbunyi, "Bahwasanya Ia akan memelihara kota ini dan menyelamatkannya oleh karena Diri-Nya dan oleh karena Daud, hamba-Nya," adalah inti dari janji tersebut. Ini bukan sekadar kata-kata penghiburan biasa, melainkan sebuah pernyataan mutlak tentang intervensi langsung dari Yang Mahakuasa. Allah berjanji untuk menjaga dan menyelamatkan Yerusalem, bukan karena kekuatan atau kelayakan manusia, melainkan karena dua alasan mendasar: "oleh karena Diri-Nya" dan "oleh karena Daud, hamba-Nya."
Pertama, "oleh karena Diri-Nya" menunjukkan bahwa Allah bertindak berdasarkan karakter-Nya sendiri. Kesetiaan-Nya, kemuliaan-Nya, dan kuasa-Nya yang tak terbatas adalah motivasi utama-Nya. Dia adalah Allah yang berjanji, dan Dia akan menepati janji-Nya. Nama-Nya sendiri dipertaruhkan dalam menjaga umat dan kota yang telah Dia pilih. Invasi Sanherib adalah penghinaan terhadap Allah Israel, dan Allah tidak akan membiarkan nama-Nya dinajiskan lebih jauh.
Kedua, "oleh karena Daud, hamba-Nya" merujuk pada perjanjian kekal yang telah Allah buat dengan Raja Daud. Allah berjanji bahwa akan selalu ada keturunan Daud yang duduk di atas takhta Israel. Menghancurkan Yerusalem dan garis keturunan Daud berarti Allah mengingkari janji-Nya. Oleh karena itu, demi kedaulatan dan kesetiaan-Nya pada perjanjian yang telah Dia tetapkan, Allah akan campur tangan.
Sejarah mencatat bagaimana janji ini digenapi secara ajaib. Pada malam harinya, malaikat TUHAN keluar dan memunahkan seratus delapan puluh lima ribu orang dari perkemahan Asyur. Keesokan paginya, ketika Hizkia dan rakyatnya bangun, mereka melihat banyak orang mati tergeletak di mana-mana. Sanherib terpaksa menarik pasukannya dan kembali ke Niniwe dengan malu. Yerusalem terselamatkan, bukan karena strategi militer yang superior, tetapi karena intervensi ilahi yang spektakuler.
Kisah ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Dalam menghadapi tantangan, kesulitan, atau bahkan ancaman yang tampak tak teratasi, kita diingatkan bahwa Allah memiliki kuasa untuk bertindak. Perlindungan-Nya tidak bergantung pada kekuatan kita, tetapi pada kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan dan janji-janji-Nya yang pasti. Seperti halnya Yerusalem diselamatkan demi Diri-Nya dan demi perjanjian-Nya dengan Daud, demikian pula Allah sanggup melindungi dan memelihara kita melalui Yesus Kristus, keturunan Daud yang kekal, demi kemuliaan nama-Nya.