2 Raja-raja 21:5

"Dan ia mendirikan mezbah-mezbah bagi semua tentara langit di kedua pelataran rumah TUHAN, dan melakukan perbuatan kebajikan yang keji itu di seluruh wilayah Yerusalem."

Penjelasan dan Konteks

Ayat ini dari Kitab 2 Raja-raja menceritakan salah satu titik terendah dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu pada masa pemerintahan Raja Manasye. Manasye dikenang sebagai raja yang paling jahat di antara semua raja Israel dan Yehuda. Tindakannya tidak hanya melanggar hukum Tuhan, tetapi juga secara aktif mempromosikan penyembahan berhala dan praktik-praktik najis di tengah-tengah umat-Nya.

Fokus utama dari ayat ini adalah dua hal: pendirian mezbah bagi "tentara langit" dan melakukan "perbuatan kebajikan yang keji itu". "Tentara langit" merujuk pada benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang, yang dalam banyak kebudayaan kuno disembah sebagai dewa. Manasye, dengan sangat berani dan penuh pembangkangan, mendirikan mezbah-mezbah untuk penyembahan ini di tempat yang paling sakral, yaitu di kedua pelataran Bait Suci Allah di Yerusalem. Ini adalah penghinaan terbesar terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan bahwa ia melakukan "perbuatan kebajikan yang keji itu". Ungkapan ini mencakup berbagai macam praktik keagamaan asing yang sangat dibenci Tuhan, termasuk kurban anak-anak, peramalan, ilmu sihir, dan penyembahan dewa-dewa Kanaan seperti Baal dan Asytoreth. Tindakan ini bukan hanya dilakukan di satu atau dua tempat, tetapi "di seluruh wilayah Yerusalem", menunjukkan betapa luas dan meresapnya pengaruh kejahatan ini di ibukota.

Ilustrasi langit malam penuh bintang dan bulan, melambangkan penyembahan berhala yang dilakukan Manasye.

Konsekuensi dan Pesan Peringatan

Tindakan Manasye ini mendatangkan murka Tuhan yang besar. Kitab 2 Raja-raja dan 2 Tawarikh mencatat bahwa karena kejahatan Manasye, Tuhan memutuskan untuk menghancurkan Yerusalem dan membawa umat-Nya ke pembuangan. Janji penghukuman ini diulang-ulang oleh para nabi Tuhan, namun Manasye terus berkeras hati dalam kejahatannya.

Meskipun kemudian Manasye bertobat di masa tuanya, penyesalannya tidak bisa menghapus konsekuensi dari dosa-dosanya yang telah merusak generasi sebelumnya dan menabur benih kehancuran bagi bangsa Israel. Ayat ini menjadi peringatan keras bagi umat Tuhan di segala zaman tentang bahaya penyembahan berhala dalam bentuk apapun, termasuk keserakahan, egoisme, atau penolakan terhadap kebenaran ilahi. Kesetiaan kepada Tuhan harus mencakup hati dan seluruh aspek kehidupan, bukan hanya penampilan lahiriah.

Kisah Manasye dan ayat ini menekankan bahwa penyimpangan dari jalan Tuhan, sekecil apapun kelihatannya, dapat memiliki dampak yang menghancurkan. Penghormatan yang semestinya hanya diberikan kepada Tuhan tidak boleh dialihkan kepada makhluk atau benda apapun. Keteguhan dalam iman dan ketaatan yang tulus adalah kunci untuk menjaga hubungan yang benar dengan Tuhan dan mencegah kehancuran baik bagi diri sendiri maupun komunitas.