2 Raja-raja 22:18

"Tetapi kepada raja Hizkia, raja Yehuda, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang kamu dengar itu..."

Ayat dari Kitab 2 Raja-raja pasal 22, ayat 18, membawa kita pada momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya pada masa pemerintahan raja Hizkia. Ayat ini merupakan bagian dari respons para nabi wanita yang diutus oleh raja Hizkia untuk mencari firman TUHAN melalui Nabi Hulda. Mereka datang kepada Hulda setelah kitab Taurat ditemukan kembali di Bait Suci, yang telah lama terabaikan.

Penemuan kitab Taurat ini menjadi pemicu keinsafan mendalam bagi Hizkia. Ia menyadari betapa jauhnya umat Israel dan para pemimpin mereka menyimpang dari perintah-perintah Allah. Pakaiannya disobek, ia berkabung, dan ia mengutus para utusannya untuk mencari tuntunan ilahi. Dalam kegelapan ketidaktaatan, ayat 18 ini menjadi secercah terang, sebuah janji firman langsung dari Allah Israel.

Kata-kata "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel" memiliki bobot yang luar biasa. Ini bukan sekadar pengumuman biasa, melainkan penyampaian langsung dari Sang Pencipta, yang mengenali diri-Nya sebagai Allah perjanjian bagi Israel. Penyebutan nama Israel menegaskan kembali hubungan kekeluargaan dan perjanjian yang telah lama terjalin, meskipun telah dinodai oleh dosa. Frasa ini menekankan otoritas mutlak firman yang akan disampaikan dan pentingnya mendengarkan dengan seksama.

Bagian yang tertinggal, "...Mengenai perkataan yang kamu dengar itu...", mengindikasikan bahwa ada perkataan atau tuntutan yang sebelumnya telah disampaikan atau dicari. Dalam konteks pasal 22, Hizkia telah mendengarkan pembacaan kitab Taurat yang ditemukan, dan ia mendengar bahwa murka TUHAN akan bangkit karena ketidaktaatan umat-Nya. Maka, ia mencari tahu apa yang akan terjadi terhadap dirinya dan kerajaannya.

Ayat ini membuka pintu menuju kelanjutan firman yang disampaikan Hulda kepada Hizkia. Firman tersebut ternyata bersifat menenangkan, tidak menghakimi secara langsung Hizkia, melainkan mengaitkan hukuman itu dengan dosa Israel secara keseluruhan. Allah melihat ketulusan hati Hizkia, pertobatannya, dan kerinduannya untuk kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu, firman yang disampaikan kepadanya adalah campuran keadilan ilahi dan belas kasihan.

Pesan dalam 2 Raja-raja 22:18 mengajarkan kita tentang pentingnya mendengar dan merespons firman Tuhan. Ketika kita berhadapan dengan ketidakpastian, kegagalan, atau kesadaran akan dosa, respons yang benar adalah mencari tuntunan ilahi. Firman TUHAN, yang disampaikan melalui berbagai cara, selalu memiliki otoritas dan tujuan. Ini adalah panggilan untuk introspeksi, pertobatan, dan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Di tengah kompleksitas kehidupan, firman ini mengingatkan kita bahwa Allah tetap berdaulat, penuh kasih, dan selalu siap mendengarkan doa umat-Nya.

Bagi kita saat ini, ayat ini mengajak untuk merenungkan bagaimana kita menanggapi firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita mencari-Nya ketika menghadapi kesulitan? Apakah kita mendengar-Nya dengan hati yang terbuka dan bersedia untuk berubah? Seperti Hizkia, respons kita terhadap firman akan menentukan arah perjalanan rohani kita dan hubungan kita dengan Allah.