"Dan engkau, hai orang Israel, dengarlah kiranya firman TUHAN ini: Janganlah ada padamu allah lain, dan janganlah engkau sujud menyembah kepadanya, janganlah engkau beribadat kepadanya dan janganlah engkau mempersembahkan korban kepadanya."
Ayat dari kitab 2 Raja-raja pasal 3 ayat 10 ini merupakan sebuah seruan yang sangat fundamental dan kuat dari Tuhan melalui nabi-Nya. Latar belakang dari perkataan ini sangatlah krusial untuk dipahami. Bangsa Israel saat itu sedang menghadapi situasi yang kompleks, penuh dengan godaan untuk menyimpang dari jalan Tuhan. Di tengah-tengah tantangan ini, firman Tuhan ini ditegaskan kembali, mengingatkan mereka tentang perjanjian yang telah dibuat dan kesetiaan yang dituntut. Ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan fondasi dari seluruh hubungan umat dengan Pencipta mereka.
Musa, yang merupakan nabi besar yang memimpin Israel keluar dari Mesir dan menerima hukum Taurat, juga berulang kali mengingatkan umat tentang bahaya politeisme. Ulangan 6:4, yang dikenal sebagai "Syema Israel," berbunyi, "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" Pengulangan ajaran ini dalam kitab 2 Raja-raja menunjukkan bahwa godaan untuk menyembah berhala tetap menjadi ancaman nyata sepanjang sejarah Israel, bahkan setelah berabad-abad berlalu.
Inti dari ayat ini adalah tuntutan akan kesetiaan yang eksklusif kepada TUHAN. Larangan untuk memiliki atau menyembah "allah lain" menekankan bahwa Tuhan menghendaki seluruh hati dan pikiran umat-Nya. Konsep "allah lain" bisa merujuk pada dewa-dewa bangsa-bangsa sekitar yang seringkali melibatkan praktik-praktik keji seperti pengorbanan anak atau penyembahan alam. Tuhan menolak segala bentuk persaingan dalam hati umat-Nya.
Frasa "janganlah engkau sujud menyembah kepadanya, janganlah engkau beribadat kepadanya dan janganlah engkau mempersembahkan korban kepadanya" mencakup seluruh spektrum ibadah. Sujud menyembah menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan akan kebesaran. Beribadat mencakup seluruh bentuk pelayanan dan pengabdian. Mempersembahkan korban adalah bentuk pengakuan dosa, ucapan syukur, dan permohonan kepada ilahi. Semuanya diarahkan secara eksklusif kepada TUHAN. Pelanggaran terhadap perintah ini berarti memutuskan hubungan perjanjian dan mengundang murka Tuhan.
Dalam konteks pasal 3 kitab 2 Raja-raja, ayat ini disampaikan pada masa pemerintahan Raja Yoram dari Israel. Israel, bersama dengan Yehuda dan Edom, bersekutu untuk melawan Moab yang memberontak. Namun, dalam perjalanan, pasukan mereka menghadapi krisis air yang parah. Dalam situasi genting inilah, Raja Yoram teringat akan kehadiran nabi Elisa. Permintaan kepada Elisa untuk meminta petunjuk dari TUHAN menunjukkan adanya kesadaran akan ketergantungan pada kekuatan ilahi, meskipun sejarah Israel dipenuhi dengan masa-masa di mana mereka berpaling ke berhala.
Seruan yang terdapat dalam 2 Raja-raja 3:10 adalah pengingat abadi bagi setiap generasi. Di dunia modern yang penuh dengan berbagai ideologi, filsafat, dan nilai-nilai yang bersaing, prinsip kesetiaan eksklusif kepada Tuhan tetap relevan. Kehidupan yang berpusat pada prinsip-prinsip ilahi, seperti yang diajarkan melalui Kitab Suci, adalah jalan menuju berkat dan keharmonisan sejati. Mengakui Tuhan sebagai satu-satunya sumber kehidupan dan memberikan ketaatan penuh adalah kunci untuk menemukan kedamaian dan tujuan yang sejati.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda dapat membaca ayat lengkap 2 Raja-raja 3:10 di Alkitab SABDA.