Kisah yang terangkum dalam 2 Raja-Raja 3:12 ini membuka sebuah narasi penting mengenai strategi, iman, dan campur tangan ilahi dalam sebuah peperangan. Ayat ini berasal dari konteks perselisihan antara Israel, Yehuda, dan Edom melawan Moab yang memberontak. Raja Yosafat dari Yehuda, bersama dengan Raja Yoram dari Israel dan Raja dari Edom, bersatu untuk menaklukkan kembali Moab yang telah lama menindas mereka. Masing-masing raja membawa pasukan mereka sendiri, menunjukkan sebuah upaya gabungan yang langka dalam sejarah Israel kuno.
Namun, di tengah persiapan perang, pasukan sekutu menghadapi masalah krusial: kekurangan air. Gurun di wilayah mereka sangat tandus dan perjalanan mereka terancam sia-sia jika tidak segera menemukan sumber air. Dalam situasi genting inilah, Raja Yosafat berseru dan mengucapkan kata-kata yang tercatat dalam ayat tersebut. Ucapannya bukan sekadar pengakuan atas ketidakberdayaan manusia, melainkan sebuah penyerahan diri yang penuh keyakinan kepada kedaulatan Tuhan. Ia tidak menyalahkan para raja sekutunya, tidak juga menyalahkan musuh mereka, melainkan melihat seluruh situasi sebagai bagian dari rencana Tuhan.
Pernyataan Yosafat ini adalah bukti dari kedalaman imannya. Ia mengakui bahwa Tuhan memiliki kuasa atas nasib para raja dan peperangan. Keberanian untuk mengutarakan keyakinan seperti ini, terutama di saat genting, adalah sebuah keteladanan. Ini menunjukkan bahwa para pemimpin yang saleh memahami bahwa kekuatan mereka tidak hanya berasal dari jumlah pasukan atau strategi militer, tetapi dari hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Keyakinan bahwa Tuhan yang mengendalikan hasil akhir memberikan ketenangan dan kekuatan yang luar biasa.
Kisah selanjutnya dalam pasal ini mengkonfirmasi ucapan Yosafat. Setelah mencari nabi Tuhan dan mendapatkan firman dari Elisa, para raja sekutu menemukan sebuah cara yang tak terduga untuk mendapatkan air. Tiba-tiba, lembah itu dipenuhi air, seolah-olah dari langit, yang cukup untuk menopang pasukan dan ternak mereka. Kebutuhan mendesak mereka terpenuhi, dan hal ini memberikan mereka kekuatan baru untuk melanjutkan pertempuran.
Lebih dari sekadar kebutuhan fisik akan air, momen ini juga menjadi peneguhan spiritual bagi ketiga raja. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan bekerja untuk memelihara dan menolong mereka yang berserah kepada-Nya. Kemenangan yang kemudian diraih atas Moab bukan hanya kemenangan militer, tetapi juga kemenangan iman. Mereka belajar bahwa dalam setiap kesulitan, dalam setiap medan perang, bahkan di tengah gurun yang tandus, ada Harapan yang lebih besar. Kemenangan mereka adalah bukti nyata bahwa Tuhan mendengar doa dan mengulurkan tangan-Nya bagi mereka yang mencari-Nya dengan tulus. Ayat 2 Raja-Raja 3:12 mengingatkan kita akan pentingnya memandang Tuhan dalam segala aspek kehidupan, terutama ketika kita menghadapi tantangan terbesar sekalipun.