2 Raja-raja 3:15 - Kehadiran TUHAN dalam Persembahan

"Selanjutnya kata Daud: 'Pada waktu ini TUHAN telah menyerahkan musuhku ke dalam tanganku, sesuai dengan firman-Nya.' Maka ia menamai tempat itu Baal-Perasim." (Kisah Para Rasul 17:28)
Simbol Cahaya dan Berkat

Ayat 2 Raja-raja 3:15 membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel, sebuah narasi yang menyoroti peran penting doa dan persembahan dalam menghadapi situasi genting. Ketika Raja Yoram dari Israel bersama Raja Yosafat dari Yehuda dan Raja Edom menghadapi pasukan Moab yang kuat, mereka berada dalam posisi yang sangat sulit. Pasukan mereka kekurangan air dan moral para prajurit mulai menurun. Dalam keputusasaan inilah, mereka mencari nabi Tuhan.

Elisa, nabi Tuhan, dipanggil untuk memberikan petunjuk. Namun, sebelum Elisa memberikan jawaban ilahi, ia meminta agar seseorang memainkan kecapi. Permintaan ini mungkin terdengar aneh di tengah ancaman perang. Mengapa perlu musik ketika mereka membutuhkan strategi militer atau mukjizat penyediaan air? Namun, di sinilah letak kedalaman spiritual dari tindakan tersebut. Musik, dan khususnya nyanyian pujian, memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa, menyatukan hati, dan menciptakan suasana yang kondusif bagi kehadiran Tuhan.

Ketika pemazmur memainkan kecapi, tangan TUHAN (atau "kekuatan TUHAN" seperti yang diterjemahkan di beberapa versi) turun atas Elisa. Ini adalah momen transfigurasi, di mana nabi Tuhan terhubung langsung dengan kehendak Ilahi. Kehadiran Tuhan yang begitu nyata ini memungkinkan Elisa untuk menerima firman Tuhan dengan jelas dan kemudian menyampaikan nubuat yang akan mengubah nasib pertempuran.

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Elisa bukan hanya tentang kemenangan militer, tetapi juga tentang bagaimana kemenangan itu akan dicapai dan apa artinya bagi mereka. Tuhan memerintahkan agar lembah diisi dengan parit-parit. Meskipun tidak ada angin atau hujan yang terlihat, para raja diperintahkan untuk percaya bahwa parit-parit itu akan dipenuhi air. Kepercayaan ini adalah kunci. Mereka harus bertindak berdasarkan firman Tuhan, bukan berdasarkan logika manusia atau kondisi yang terlihat.

Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, bahwa dalam setiap kesulitan, langkah pertama yang bijak adalah mencari Tuhan. Bukan hanya mencari solusi secara duniawi, tetapi mencari kehadiran-Nya melalui doa, ibadah, dan ketaatan pada firman-Nya. Peran musik dan pujian dalam mempersiapkan hati untuk menerima firman Tuhan juga menjadi poin penting. Ini bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah sarana untuk masuk ke dalam hadirat Tuhan.

Kedua, 2 Raja-raja 3:15 mengingatkan kita bahwa Tuhan bertindak ketika kita taat. Para raja tidak hanya mendengarkan Elisa, tetapi mereka juga melakukan apa yang diperintahkan. Mereka menggali parit-parit, mempersembahkan iman mereka sebagai bukti ketaatan. Dan sebagai respons, Tuhan membanjiri daerah itu dengan air, bukan dari langit, tetapi dari arah Edom. Tiba-tiba, pasukan yang kehausan itu mendapatkan pasokan air yang melimpah, sementara pasukan musuh melihat perkemahan mereka tergenang air, membingungkan dan menakutkan.

Ketiga, kisah ini menekankan bahwa kemenangan sejati berasal dari Tuhan. Ketika pasukan Israel dan sekutunya menyerang pasukan Moab yang panik, mereka meraih kemenangan yang gemilang. Kemenangan ini tidak dicapai oleh kehebatan strategi militer mereka semata, tetapi oleh campur tangan Tuhan yang kuat. Tuhan tidak hanya menyediakan air, tetapi Dia juga memberikan kebingungan pada musuh dan kekuatan pada umat-Nya.

Ayat ini, bersama dengan keseluruhan pasal 3 dari Kitab 2 Raja-raja, adalah bukti nyata bahwa ketika umat-Nya mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, berserah dalam ketaatan, dan mempersembahkan iman mereka, Tuhan akan menjawab dan menunjukkan kuasa-Nya. Kehadiran TUHAN dalam persembahan dan ketaatan adalah fondasi dari kemenangan dan pemeliharaan-Nya bagi umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling genting sekalipun. Seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 17:28, "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada." Demikian pula, dalam menghadapi segala tantangan hidup, kita menemukan kekuatan dan kemenangan ketika kita menyelaraskan hidup kita dengan kehendak-Nya.