"Berkatalah Elisha kepadanya: "Katakanlah kepada tuanmu, mengapa engkau mendaki kepada kami? Ada kalanya baik engkau melaporkan kepada raja atau kepada kepala pasukan." Jawab perempuan itu: "Dalam perkemahan di antara bangsaku sendiri aku diam.""
Ayat 2 Raja-Raja 4:13 ini berasal dari sebuah narasi yang indah dan penuh kekuatan dalam Perjanjian Lama, yang menceritakan tentang seorang perempuan Sunem dan hubungannya yang mendalam dengan nabi Elia. Perempuan ini, bersama suaminya, menunjukkan keramahtamahan dan perhatian yang luar biasa kepada Elia, menyediakan tempat tinggal khusus baginya setiap kali sang nabi melewati daerah mereka. Tindakan kebaikan mereka didorong oleh pengenalan akan kekudusan dan panggilan Ilahi yang ada pada Elia. Kebaikan tulus ini kemudian dibalas dengan berkat yang tak terduga.
Dalam konteks ayat ini, Elia berbicara kepada perempuan tersebut setelah peristiwa yang menyangkut putranya. Sang nabi ingin memastikan bahwa perempuan itu tidak memiliki permintaan yang belum terpenuhi kepada raja atau kepala pasukan. Ini menunjukkan bahwa Elia, sebagai hamba Tuhan, memiliki akses dan wewenang untuk membicarakan urusan orang ke tingkatan yang lebih tinggi, sebuah bentuk perhatian dan perlindungan yang diberikan oleh Tuhan melalui hamba-Nya.
Jawaban perempuan itu, "Dalam perkemahan di antara bangsaku sendiri aku diam," memiliki bobot makna yang signifikan. Ia tidak mencari keuntungan duniawi dari kebaikannya. Ia tidak perlu melaporkan kepada raja atau kepala pasukan karena ia merasa aman dan puas dalam komunitasnya dan dalam penyertaan Tuhan. Pernyataan ini mencerminkan kedalaman iman dan kepercayaan perempuan tersebut. Ia tidak merasa terintimidasi oleh kekuasaan raja atau kepala pasukan, karena ia memiliki perlindungan yang lebih besar, yaitu perlindungan dari Tuhan.
Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya berbuat baik tanpa pamrih. Kebaikan yang tulus, sebagaimana yang ditunjukkan oleh perempuan Sunem, akan selalu diperhatikan oleh Tuhan dan bisa berujung pada berkat yang tak terduga. Selain itu, ayat ini menekankan pentingnya memiliki iman yang kokoh yang membuat kita merasa aman dan tenang, bahkan ketika menghadapi situasi yang mungkin tampak mengkhawatirkan atau memerlukan campur tangan pihak berkuasa. Kepercayaan penuh pada Tuhan adalah benteng terkuat kita.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan seringkali kompetitif, ayat ini mengingatkan kita akan nilai-nilai fundamental: kebaikan hati, keramahtamahan, dan iman yang teguh. Ketika kita berbuat baik kepada sesama, terutama kepada hamba-hamba Tuhan, kita sesungguhnya sedang menabur benih untuk berkat yang lebih besar. Kebaikan ini tidak harus selalu dalam bentuk materi, tetapi juga bisa berupa waktu, perhatian, dan doa.
Perempuan Sunem menunjukkan bahwa ketika hati kita penuh dengan kepercayaan kepada Tuhan, kita tidak perlu gelisah tentang hal-hal duniawi atau kekuasaan manusia. Penyertaan Tuhan memberikan rasa aman dan kedamaian yang melampaui segala situasi. Mari kita meneladani semangat perempuan Sunem dalam hidup kita, senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah, dan berbuat baik dengan hati yang tulus. Pengabdian dan kepercayaan semacam inilah yang membangun fondasi spiritual yang kuat dan mendatangkan berkat Ilahi dalam kehidupan kita.
Semoga renungan dari 2 Raja-Raja 4:13 ini memberikan inspirasi dan kekuatan baru bagi Anda.