"Dan ia berkata: “Saya telah datang bersama dengan hambaku ke rumahmu.” Dan engkau akan melakukan suatu perkara besar kepadaku? “Berapa banyak yang engkau punya?” Dan dia menjawab: “Hamba perempuanmu tidak punya apa-apa di rumah, selain hanya sedikit minyak.”"
Simbol doa dan harapan.
Kisah dari 2 Raja-Raja pasal 4, khususnya ayat 15, membawa kita pada sebuah narasi yang menyentuh tentang kepercayaan dan bagaimana Tuhan berkuasa bekerja bahkan di tengah keterbatasan manusia. Ayat ini menceritakan percakapan antara Nabi Elisa dan seorang perempuan Sunem yang berduka. Perempuan ini telah menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada Elisa, bahkan menyediakan sebuah kamar khusus baginya di rumahnya. Sebagai balasan atas kebaikan tersebut, Elisa menawarkan untuk memperkenalkan perempuan ini kepada pejabat tinggi atau raja.
Reaksi perempuan Sunem sungguhlah rendah hati dan menunjukkan kedalaman spiritualnya. Ia menolak tawaran Elisa untuk diperkenalkan kepada orang penting, menyatakan bahwa ia merasa sudah cukup “tinggal di tengah-tengah bangsanya sendiri”. Namun, Elisa tidak berhenti di situ. Ia merasakan ada kerinduan tersembunyi dalam hati perempuan tersebut. Melalui Gehazi, pelayan Elisa, ia bertanya, "Perlukah engkau berbicara kepada raja atau kepada kepala pasukan?" (2 Raja-Raja 4:13). Pertanyaan ini membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang kebutuhan yang mungkin belum terungkapkan.
Pada titik inilah ayat 15 menjadi krusial. Ketika ditanya apa yang bisa dilakukan untuknya, perempuan Sunem tidak meminta kekayaan atau kekuasaan duniawi. Ia menjawab dengan jujur, "Saya telah datang bersama dengan hambaku ke rumahmu. Dan engkau akan melakukan suatu perkara besar kepadaku? Berapa banyak yang engkau punya?" Dan dia menjawab: "Hamba perempuanmu tidak punya apa-apa di rumah, selain hanya sedikit minyak." Pernyataan ini mengungkapkan situasi ekonomi yang sulit dan kebutuhan yang sangat mendasar. "Sedikit minyak" ini mungkin merujuk pada minyak untuk memasak, lampu, atau bahkan minyak urapan yang menandakan kehormatan dan kesuburan.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, tentang nilai kebaikan hati. Kebaikan perempuan Sunem kepada Elisa tidaklah sia-sia. Tuhan melihat dan akan membalasnya. Kedua, tentang kerendahan hati dan kepercayaan. Alih-alih memanfaatkan kesempatan, ia menunjukkan kerendahan hati dan ketergantungan kepada Tuhan. Ketiga, tentang bagaimana Tuhan peduli pada kebutuhan terkecil sekalipun. "Sedikit minyak" yang dimilikinya menjadi awal dari sebuah mukjizat besar. Tuhan tidak membutuhkan banyak, hanya hati yang mau berserah dan mempercayakan segalanya kepada-Nya.
Selanjutnya dalam kisah ini, Elisa memerintahkan perempuan itu untuk meminjam banyak bejana kosong dari tetangganya. Dengan sedikit minyak yang dimilikinya, ia dan anaknya menuangkan minyak ke dalam semua bejana tersebut, dan keajaiban terjadi: minyak itu tidak habis sampai semua bejana terisi penuh. Minyak yang berlimpah itu kemudian dijual, dan hasil penjualannya cukup untuk melunasi utang serta memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dari 2 Raja-Raja 4:15, kita belajar bahwa di hadapan Tuhan, keterbatasan kita bukanlah akhir dari segalanya. Justru seringkali dalam keterbatasan itulah, kita paling terbuka untuk melihat dan mengalami campur tangan ilahi. Seringkali, yang kita anggap "sedikit" di mata kita, bisa menjadi "banyak" di tangan Tuhan. Ini adalah janji yang menguatkan: bahwa kebaikan akan berbalas, dan Tuhan akan bekerja melalui apa yang kita miliki, sekecil apapun itu, untuk memberikan kelimpahan.