Kisah dalam kitab 2 Raja-raja pasal 4 memaparkan berbagai interaksi nabi Elisa dengan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Salah satu kisah yang menyoroti kemurahan hati dan berkat ilahi adalah cerita tentang seorang perempuan di Sunem. Perempuan ini, bersama suaminya, menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada Elisa. Mereka menyediakan sebuah kamar khusus di rumah mereka, lengkap dengan tempat tidur, meja, kursi, dan pelita, agar Elisa dapat beristirahat ketika singgah di sana. Tindakan ini lahir dari pengakuan mereka akan kesalehan dan kekudusan Elisa sebagai hamba Tuhan.
Dalam ayat 2 Raja-raja 4:13, Elisa, yang tersentuh oleh keramahan mereka, bertanya kepada pegawainya, Gehazi, untuk menanyakan apa yang dapat ia lakukan untuk perempuan itu. Gehazi menyarankan untuk berbicara kepada raja atau kepala pasukan. Namun, perempuan Sunem itu dengan rendah hati menolak. Jawabannya, "Saya diam di tengah-tengah bangsaku" (2 Raja-raja 4:14), menunjukkan ketidakinginannya untuk mencari keuntungan pribadi atau menonjolkan diri. Ia merasa cukup dengan kedamaian dan penerimaan dalam komunitasnya sendiri.
Meskipun demikian, Tuhan tidak mengabaikan kebaikan hati yang tulus. Elisa, mengetahui pergumulan perempuan itu yang belum memiliki anak dan suaminya sudah tua, kemudian menyampaikan janji ilahi. Melalui nubuat Elisa, perempuan itu dijanjikan akan memiliki seorang anak laki-laki. Janji ini digenapi, dan beberapa waktu kemudian, ia benar-benar melahirkan seorang putra, sesuai dengan perkataan Tuhan melalui Elisa.
Makna dan Penerapan
Ayat 2 Raja-raja 4:14, meskipun tampak sederhana, mengandung makna yang dalam. Jawaban perempuan Sunem mencerminkan sikap kerendahan hati, kepuasan, dan kepercayaan pada pengaturan Tuhan dalam hidupnya. Ia tidak mengemis atau menuntut balasan, melainkan hidup dalam kesederhanaan dan keharmonisan dengan lingkungannya.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, kebaikan hati yang tulus tidak akan luput dari perhatian Tuhan. Persembahan dan pelayanan yang kita berikan, sekecil apapun, jika dilakukan dengan hati yang benar, akan menghasilkan buah. Kedua, kita diingatkan akan pentingnya kerendahan hati dan kepuasan. Seringkali, keinginan duniawi dapat mengaburkan pandangan kita terhadap berkat yang sudah kita miliki. Perempuan Sunem menunjukkan bahwa kedamaian dan rasa cukup dalam komunitas kita adalah sebuah berkat tersendiri.
Lebih lanjut, janji yang kemudian diterima perempuan Sunem adalah bukti nyata bahwa Tuhan selalu mendengar doa dan menghargai setiap kebaikan. Meskipun ia tidak meminta apa pun, Tuhan memberikan berkat yang lebih besar dari yang mungkin ia impikan: seorang anak. Kisah ini menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk terus berbuat baik tanpa pamrih, memelihara kerendahan hati, dan percaya bahwa setiap kebaikan yang kita tabur akan menuai berkat pada waktu yang tepat, sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna. Berkat itu bisa datang dalam berbagai bentuk, baik yang kita minta maupun yang tidak kita duga.