Kisah yang tercatat dalam Kitab 2 Raja-Raja pasal 4, ayat 24, merupakan bagian dari narasi yang menakjubkan tentang Elia dan seorang perempuan di Shunem. Ayat ini secara spesifik menyoroti sebuah momen penting dalam persiapan menuju peristiwa mukjizat yang akan terjadi.
Perempuan dari Shunem ini dikenal karena kebaikan hatinya yang luar biasa kepada nabi Elisa. Ia dan suaminya telah menyediakan sebuah kamar khusus di rumah mereka agar Elisa bisa beristirahat kapan pun ia melewati daerah itu. Sebagai balasan atas keramahan dan kemurahan hati mereka, Elisa berjanji bahwa mereka akan diberkati dengan seorang anak. Janji itu terwujud, dan mereka kemudian dikaruniai seorang putra.
Namun, tragedi melanda ketika anak laki-laki kesayangan mereka meninggal dunia secara mendadak. Dalam keputusasaan dan kesedihan yang mendalam, perempuan itu tidak berdiam diri. Dengan keyakinan yang teguh pada kuasa Tuhan yang diwakili oleh Elisa, ia segera memutuskan untuk pergi menemui nabi tersebut.
Ayat 24 menggambarkan tindakan cepat dan penuh tekad dari perempuan ini. Ia memerintahkan hambanya untuk menyiapkan keledai untuk ditunggangi. Frasa "Burulah dan larilah; jangan memperlambat kendaraanku, kecuali kalau aku menyuruhnya" menunjukkan urgensi dan fokusnya. Tidak ada keraguan, tidak ada penundaan. Ia tahu siapa yang harus ia cari dan apa yang ia harapkan: pemulihan bagi anaknya.
Kecepatan dan kepastian dalam perintahnya menggarisbawahi kepercayaannya yang mendalam. Ia tidak mau membuang waktu berharga dalam perjalanannya, karena ia mengerti bahwa setiap detik sangat berarti dalam situasi kritis yang sedang dihadapinya. Tindakannya ini adalah manifestasi dari iman yang kuat, yang mendorongnya untuk bertindak meskipun dalam keadaan yang paling sulit.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan iman dalam menghadapi cobaan. Ketika kesedihan melanda, keputusan untuk mencari pertolongan ilahi dengan segera dapat menjadi titik balik. Perintah perempuan Shunem untuk "berlari" bukan hanya tentang kecepatan fisik, tetapi juga tentang kesigapan rohani untuk menjangkau sumber harapan dan penyembuhan.
Lebih lanjut, ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya persiapan. Meskipun situasi yang dihadapi mendesak, perempuan itu tetap memastikan segala sesuatunya siap. Ini mencerminkan kebijaksanaan dalam menghadapi kesulitan: tetap tenang dan sigap dalam menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menemukan solusi. Kisah lengkap di balik ayat ini berujung pada mukjizat kebangkitan anak tersebut, sebuah bukti nyata dari kuasa Tuhan yang menjawab iman yang teguh.