Ketika itu berkatalah perempuan itu: "Ya, tuanku! Sungguh hamba telah berbicara kepada tuanku dengan bahasa ilahi; tetapi tuanku sendiri berseru, "Siapakah yang mengeluh kepada raja atau kepada tuanku itu?" Hamba telah menjawabnya."
Ayat dari Kitab 2 Raja-Raja pasal 4, ayat 28, membawa kita pada sebuah momen yang penuh dengan ketegangan emosional dan kelegaan yang luar biasa. Peristiwa ini berpusat pada seorang perempuan Sunem yang sangat terpukul jiwanya karena kehilangan putra tunggalnya. Dalam situasi yang paling sulit, di mana harapan seakan telah sirna, ia memilih untuk mencari pertolongan dari seorang nabi, Elia. Perjalanan dan permintaannya kepada Elia mencerminkan kedalaman iman yang luar biasa di tengah kepedihan yang mendalam.
Perempuan ini, yang sebelumnya telah menunjukkan kebaikan hati yang tulus kepada Elia dengan menyediakan tempat tinggal dan makanan, kini dihadapkan pada cobaan terbesar dalam hidupnya. Kehilangan anak adalah luka yang tak terperikan, dan dalam keadaan seperti itu, banyak orang mungkin akan menyerah pada keputusasaan. Namun, perempuan Sunem ini justru bangkit dan bertindak. Ia tidak hanya meratapi nasibnya, tetapi ia pergi menemui Elia dan meminta agar hidup anaknya dikembalikan. Permintaan ini, dalam konteks zaman itu, adalah sesuatu yang sangat monumental.
Ketika Elia, dengan kuasa Tuhan, berhasil membangkitkan kembali putra perempuan Sunem tersebut, kehidupan perempuan itu berubah drastis. Dari kesedihan yang mendalam, ia kini dipenuhi dengan sukacita yang meluap. Reaksi pertamanya terekam dalam ayat yang kita bahas: "Ya, tuanku! Sungguh hamba telah berbicara kepada tuanku dengan bahasa ilahi; tetapi tuanku sendiri berseru, "Siapakah yang mengeluh kepada raja atau kepada tuanku itu?" Hamba telah menjawabnya."
Kalimat ini mengindikasikan bahwa dalam momen kebahagiaannya, perempuan itu mengenali bahwa apa yang terjadi bukan sekadar kebetulan. Ia melihat kuasa ilahi bekerja melalui Elia. Ia mengakui bahwa kesedihannya yang mendalam sebelumnya, yang mungkin telah ia sampaikan dengan penuh harapan, kini telah dijawab oleh Tuhan melalui tanda kebangkitan yang ajaib. Ungkapan "bahasa ilahi" yang ia gunakan mungkin mencerminkan pengakuannya bahwa perkataannya telah mencapai hati Tuhan dan dijawab dengan cara yang supranatural. Ia menyadari bahwa ia telah berhadapan dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar intervensi manusia biasa; ia telah berhadapan langsung dengan kuasa Tuhan.
Pesan dari kisah ini sangat relevan bagi kita. Ia mengajarkan tentang kekuatan iman yang teguh bahkan ketika situasi terasa tanpa harapan. Ia menunjukkan bahwa doa yang tulus dan tindakan yang didorong oleh iman dapat membawa pada jawaban yang luar biasa dari Tuhan. Peristiwa ini bukan hanya sekadar cerita kuno, tetapi sebuah pengingat akan janji Tuhan untuk hadir dan bertindak dalam kehidupan mereka yang percaya dan berseru kepada-Nya. Kisah ini terus menginspirasi kita untuk menjaga harapan dan kepercayaan, bahkan di tengah badai kehidupan, karena Tuhan sanggup melakukan hal-hal yang melampaui pemahaman kita. Kelegaan yang dialami perempuan Sunem adalah cerminan dari kelegaan yang dapat dialami setiap orang yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.