2 Raja-Raja 5:21 - Mukjizat Pengampunan dan Kesembuhan

"Sesungguhnya, aku tahu, bahwa aku telah berbuat jahat; tetapi sekarang, ya TUHAN, jauhkanlah kiranya kejahatan itu dari pada hamba-Mu."

Simbol kesembuhan dan pengampunan Harapan Kesembuhan Damai

Kisah pengobatan Naaman, panglima tentara Aram, di dalam Kitab 2 Raja-Raja pasal 5 adalah salah satu narasi paling inspiratif dalam Alkitab. Naaman, seorang pria perkasa namun menderita kusta, harus menempuh perjalanan jauh dan penuh tantangan demi mencari kesembuhan. Setelah menuruti nasihat nabi Elisa untuk menceburkan diri tujuh kali di Sungai Yordan, ia akhirnya sembuh total. Namun, momen pengakuan dan penyesalan tertuang dengan begitu tulus dalam perkataan Gehazi, hamba Elisa, yang sempat tergoda oleh keserakahan.

Ayat 2 Raja-Raja 5:21, "Sesungguhnya, aku tahu, bahwa aku telah berbuat jahat; tetapi sekarang, ya TUHAN, jauhkanlah kiranya kejahatan itu dari pada hamba-Mu," diucapkan oleh Gehazi setelah ia tertangkap basah oleh Elisa karena telah berbohong dan mengambil pemberian dari Naaman. Gehazi, yang tadinya menyaksikan mukjizat kesembuhan yang luar biasa, justru memilih jalan yang salah karena ketidakpuasan dan ambisinya. Ia telah melakukan tindakan yang melanggar kejujuran dan kepercayaan, yang pada akhirnya berujung pada hukuman.

Pengakuan Gehazi ini penting untuk direnungkan. Ia menyadari kesalahannya, mengakui bahwa ia telah berbuat jahat. Pengakuan adalah langkah pertama dan krusial menuju pemulihan. Tanpa pengakuan dosa, seseorang sulit untuk bergerak maju dalam kebaikan. Namun, yang lebih mendalam adalah permohonannya kepada Tuhan, "jauhkanlah kiranya kejahatan itu dari pada hamba-Mu." Permohonan ini bukan hanya sekadar ungkapan penyesalan, melainkan sebuah kerinduan yang mendalam untuk dibebaskan dari pengaruh kejahatan dan untuk diperbarui.

Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, mukjizat bisa datang melalui cara yang tak terduga, seperti yang dialami Naaman. Kedua, godaan keserakahan dan ketidakjujuran dapat menjerumuskan seseorang, bahkan yang telah menyaksikan kebaikan Tuhan. Ketiga, pengakuan dosa diikuti dengan permohonan pertobatan adalah kunci utama agar Tuhan mengampuni dan membersihkan kita dari kejahatan. Keempat, pengampunan dan kesembuhan sejati datang dari Tuhan. Gehazi, meskipun dihukum, diberikan kesempatan untuk memohon pertobatan. Ini menunjukkan kasih karunia Tuhan yang selalu terbuka bagi siapa saja yang mau berbalik.

Kejahatan yang diakui Gehazi adalah tindakan menipu dan mengambil yang bukan haknya. Ini adalah bentuk pengkhianatan moral yang berdampak pada dirinya sendiri dan orang lain. Permohonan agar Tuhan menjauhkan kejahatan itu menunjukkan keinginan untuk tidak lagi dikuasai oleh sifat buruk tersebut. Ia ingin mengalami transformasi batin, bukan hanya terhindar dari hukuman.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pasti pernah melakukan kesalahan, bahkan mungkin berbuat jahat tanpa disadari sepenuhnya. Ayat ini mengajak kita untuk introspeksi diri, jujur mengakui setiap kesalahan yang kita perbuat, sekecil apapun itu. Setelah mengakui, langkah selanjutnya adalah memohon ampun kepada Tuhan dan meminta-Nya untuk membersihkan hati kita dari segala niat buruk, keserakahan, iri hati, dan segala bentuk kejahatan lainnya. Dengan hati yang bersih dan dipimpin oleh kebaikan Tuhan, kita dapat menjalani hidup yang lebih berarti dan penuh berkat.

Kisah Gehazi dan firman dalam 2 Raja-Raja 5:21 mengingatkan kita bahwa pertobatan yang tulus dan iman yang teguh adalah jalan menuju pemulihan total, baik secara rohani maupun dalam relasi kita dengan sesama. Marilah kita senantiasa memohon pertolongan Tuhan agar dijauhkan dari segala kejahatan dan hidup dalam terang-Nya.