Kisah yang terukir dalam kitab 2 Raja-Raja pasal 6 ayat 3 ini mungkin sekilas terdengar sangat sederhana, namun di dalamnya tersimpan pelajaran yang mendalam tentang kepercayaan, ketergantungan, dan bagaimana Tuhan bekerja dalam detail kehidupan kita. Ayat ini muncul dalam konteks di mana rombongan nabi di Betel mengalami kesulitan karena sumber daya yang menipis. Mereka sedang berusaha memperluas tempat tinggal mereka, namun alat yang mereka miliki, seperti kapak, mulai hilang.
Dalam cerita ini, salah satu dari rombongan itu, yaitu Elisa, bertanya kepada nabi yang menimpa kapaknya, "Bagaimana hilangnya?" Ketika dijawab, "Hilang," Elisa tidak memberikan solusi teknis atau instruksi rumit. Sebaliknya, ia meminta tempat di mana kapak itu jatuh. Kemudian, ia mengambil sepotong kayu dan melemparkannya ke dalam air. Sesaat kemudian, yang dilemparnya itu mengapung, dan Elisa menyuruh nabi itu mengambilnya. Dan terjadilah, kapak itu timbul!
Ayat 2 Raja-Raja 6:3 menjadi menarik ketika kita melihat permintaannya: "Tinggallah kiranya di Mesir, hamba-hambamu ini." Perlu dicatat bahwa konteks ayat ini adalah lanjutan dari percakapan yang sama. Permintaan ini kemungkinan diucapkan oleh salah satu rombongan nabi kepada Elisa, yang mencerminkan rasa hormat dan kepasrahan mereka. Mereka tidak bersikeras untuk pulang atau mencari solusi sendiri secara paksa, melainkan memohon agar "hamba-hambamu" (mereka) diperkenankan untuk tinggal di tempat yang aman, di mana nabi-nabi lain berada, sambil menunggu campur tangan ilahi atau petunjuk lebih lanjut.
Mukjizat ini bukan tentang benda mahal atau kekuatan super. Ini adalah mukjizat yang menyentuh kebutuhan dasar dan praktis. Kehilangan alat kerja adalah masalah serius bagi orang-orang yang hidup dari apa yang bisa mereka hasilkan. Ketidakmampuan untuk mendapatkan kembali alat itu bisa berarti ketidakmampuan untuk melanjutkan pekerjaan, yang berujung pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Di sinilah kebaikan dan kuasa Tuhan dinyatakan.
Elisa, yang dipenuhi oleh Roh Tuhan, tidak hanya menjadi seorang peramal atau pemberi nasihat. Ia adalah saluran kuasa ilahi yang dapat memulihkan apa yang hilang dan menyelesaikan masalah yang tampaknya mustahil. Tindakannya menunjukkan bahwa Tuhan peduli bahkan pada hal-hal kecil dalam kehidupan umat-Nya. Kepedulian-Nya bukan hanya pada aspek spiritual yang besar, tetapi juga pada kebutuhan sehari-hari.
Pelajaran yang dapat kita ambil sangat relevan: