Kisah dari Kitab 2 Raja-raja pasal 7 ini membawa kita pada sebuah momen dramatis dan penuh harapan di tengah kepungan kota Samaria yang mengerikan. Bangsa Israel sedang menghadapi kelaparan yang luar biasa parah akibat pengepungan oleh tentara Aram. Situasi begitu genting, sampai-sampai ibu-ibu memakan anak mereka sendiri demi bertahan hidup. Di tengah keputusasaan yang mencekam ini, Allah justru bekerja dengan cara-Nya yang ajaib.
Ayat keenam ini adalah bagian dari peristiwa ketika empat orang penderita kusta yang diasingkan dari kota, atas dorongan hati nurani yang mungkin tidak ada pada orang lain di tengah keputusasaan itu, memutuskan untuk mendekati perkemahan musuh. Mereka berpikir, jika mereka mati, setidaknya mereka mati di sana. Namun, apa yang mereka temukan di perkemahan Aram sungguh di luar dugaan. Tuhan telah menanamkan rasa takut dan kekacauan di hati tentara Aram.
Perhatikan bagaimana Tuhan bekerja. Dia tidak mengangkat pedang dan bertarung secara fisik melawan orang Aram. Sebaliknya, Dia menciptakan ilusi, sebuah suara yang begitu nyata dan mengintimidasi. Deskripsi "bunyi kereta, kuda dan barisan tentara yang besar" ini menggambarkan sebuah pasukan yang sangat besar dan siap menyerang. Bagi tentara Aram yang sedang berjaga, suara ini terdengar seperti ancaman yang tak terhindarkan.
Ketakutan mulai merayap di antara mereka. Rasa panik melanda. Mereka saling berbisik, mencoba mencari penjelasan atas suara mengerikan yang mereka dengar. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa raja Israel, yang sebelumnya mereka anggap lemah dan tidak berdaya karena kepungan, kini memiliki sekutu yang luar biasa kuat. "Tentulah raja Israel telah menyewa melawan kita orang Het dan orang Mesir, untuk membinasakan kita." Perkataan ini menunjukkan betapa efektifnya tipu daya ilahi yang diciptakan Tuhan.
Kisah ini mengajarkan beberapa hal penting. Pertama, bahwa Tuhan sanggup bekerja di saat-saat tergelap sekalipun. Ketika manusia merasa tidak ada jalan keluar, ketika harapan tampak padam, Allah dapat menghadirkan solusi yang tak terduga. Kegelapan pengepungan Samaria menjadi latar belakang yang sempurna untuk menampilkan cahaya kemuliaan-Nya.
Kedua, ini menunjukkan kuasa ilahi atas kekuatan duniawi. Tentara Aram dengan segala persenjataannya, yang berhasil mengepung kota dan menimbulkan penderitaan, akhirnya dibuat gemetar oleh suara yang diciptakan oleh Tuhan. Kemenangan tidak selalu datang dari kekuatan fisik semata, melainkan dari campur tangan ilahi. Betapa seringnya kita melihat musuh kita tampak begitu besar dan menakutkan, namun dengan pertolongan Tuhan, kekuatan mereka menjadi seperti fatamorgana.
Ketiga, kita melihat bagaimana kerendahan hati dan keberanian orang-orang terpinggirkan (dalam hal ini penderita kusta) dapat menjadi sarana kelepasan. Tindakan mereka untuk mencari tahu lebih lanjut, yang mungkin didasari oleh keputusasaan, justru membuka jalan bagi penemuan kekalahan musuh dan pemulihan kota. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan seringkali menggunakan orang-orang yang tidak dianggap untuk melakukan hal-hal besar.
Kisah ini berakhir dengan orang Aram melarikan diri dalam kepanikan, meninggalkan semua harta benda mereka. Empat orang penderita kusta itu menemukan kelimpahan yang luar biasa di perkemahan musuh yang ditinggalkan, dan mereka pun kembali membawa kabar baik serta kekayaan yang menyelamatkan bangsa Israel dari kelaparan. Sungguh, 2 Raja-raja 7:6 adalah bukti nyata bahwa Tuhan dapat mengubah situasi yang paling mengerikan menjadi berkat yang melimpah, bahkan di gerbang kota yang terancam.