2 Tawarikh 10 10: Nasihat yang Terabaikan

"Maka berkatalah orang-orang muda yang sebaya dengan dia kepadanya: 'Beginilah kaukatakan kepada orang-orang itu, yang berkata kepadamu: Ayahmu telah membebani kami dengan kuk yang berat, tetapi engkau ringankanlah kami: Beginilah kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar daripada pinggang ayahku.'"
Kelingking Pinggang Ayah Perbandingan Kekuatan

Ilustrasi perbandingan kekuatan yang direpresentasikan oleh kelingking yang lebih kecil dan pinggang yang lebih besar.

Ayat 2 Tawarikh 10:10 ini memuat sebuah nasihat yang diberikan oleh para pemuda sebaya Rehabiam kepada raja yang baru naik takhta. Setelah kematian ayahnya, Salomo, Rehabiam naik menggantikan posisinya sebagai raja Israel. Namun, situasi politik dan sosial yang dihadapinya tidaklah mudah. Bangsa Israel, melalui para tua-tua, datang menghadap Rehabiam untuk menyampaikan keluhan mereka terkait beban kerja dan pajak yang berat yang diterapkan oleh ayahnya. Mereka memohon agar Raja Rehabiam meringankan kuk tersebut.

Dalam situasi yang krusial ini, nasihat yang diberikan oleh para pemuda tersebut sangatlah keliru dan berujung pada konsekuensi yang fatal. Mereka menyarankan Rehabiam untuk menjawab bangsa Israel dengan arogan dan meremehkan. Perumpamaan yang mereka gunakan, "Kelingkingku lebih besar daripada pinggang ayahku," secara gamblang menunjukkan sikap merendahkan otoritas dan kebijaksanaan ayahnya. Nasihat ini bukan hanya buruk, tetapi juga tidak mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana memimpin sebuah bangsa. Sebaliknya, itu menunjukkan keangkuhan kaum muda yang belum merasakan beratnya tanggung jawab pemerintahan.

Penolakan Rehabiam terhadap saran para tua-tua dan keputusannya untuk mengikuti nasihat para pemuda sebaya inilah yang kemudian menjadi percikan api perpecahan besar di kerajaan Israel. Alih-alih berusaha untuk menyatukan dan menenangkan rakyatnya, ia justru memilih jalan yang memecah belah. Jawaban yang sombong dan ancaman untuk menambah beban justru memicu kemarahan bangsa. Akibatnya, sepuluh suku dari utara memisahkan diri dan membentuk kerajaan Israel yang terpisah di bawah pimpinan Yerobeam, sementara hanya suku Yehuda dan Benyamin yang tetap setia kepada Rehabiam di kerajaan Yehuda.

Kisah ini mengajarkan kita betapa pentingnya mendengarkan nasihat yang bijaksana, terutama dari mereka yang memiliki pengalaman dan hikmat. Nasihat yang didasarkan pada kesombongan dan pandangan sempit dapat membawa malapetaka. Rehabiam gagal dalam ujian pertamanya sebagai raja karena ia lebih mendengarkan suara-suara yang dangkal daripada suara pengalaman. Ini adalah pelajaran berharga bagi siapa pun yang berada dalam posisi kepemimpinan, bahwa kebijaksanaan seringkali datang dari kombinasi pengalaman, kerendahan hati, dan kemampuan untuk mendengarkan berbagai perspektif, bukan hanya dari mereka yang setuju atau memiliki pandangan yang sama.

Ayat 2 Tawarikh 10:10 menjadi pengingat akan konsekuensi dari membuat keputusan penting berdasarkan nasihat yang keliru dan penuh kesombongan. Perpecahan kerajaan Israel adalah bukti nyata dari dampak buruk yang bisa timbul dari kegagalan dalam memimpin dengan hikmat dan empati.