2 Tawarikh 10: Pertikaian yang Memecah Kerajaan Israel

"Tetapi Rehabeam pergi ke Sikhem, sebab ke Sikhem datang seluruh orang Israel untuk menjadikannya raja." (2 Tawarikh 10:1)

Israel Utara Israel Utara Israel Utara Israel Utara Samaria Samaria Samaria Samaria ! Rehabeam Yerusalem
Ilustrasi pembagian kerajaan Israel setelah pemerintahan Salomo.

Latar Belakang Pemecahan

Setelah pemerintahan Salomo yang megah, Israel mengalami masa transisi yang penuh gejolak. Salomo, meskipun bijaksana, di akhir hidupnya menyimpang dari jalan Tuhan, bahkan membangun tempat-tempat penyembahan berhala bagi para istrinya. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dan beban berat bagi rakyat Israel. Setelah kematiannya, takhta diwariskan kepada putranya, Rehabeam. Namun, alih-alih melanjutkan warisan kebijakan dan kedamaian, Rehabeam justru menghadapi tuntutan dari perwakilan seluruh orang Israel yang berkumpul di Sikhem.

Perwakilan Israel, dipimpin oleh Yerobeam bin Nebat, datang kepada Rehabeam dengan permintaan yang beralasan. Mereka mengeluhkan beban kerja yang berat dan pajak yang mencekik yang diberlakukan oleh Salomo. Mereka memohon agar beban tersebut diringankan, menawarkan kesetiaan mereka jika permintaan ini dipenuhi. Ini adalah momen krusial yang menentukan arah masa depan bangsa Israel.

Kebijaksanaan yang Ditolak

Rehabeam, dalam kebingungan dan ketidakdewasaan politiknya, memutuskan untuk menunda keputusannya selama tiga hari dan meminta nasihat. Ia pertama-tama bertanya kepada para tua-tua yang telah melayani ayahnya, Salomo. Para tua-tua ini menasihatinya dengan bijaksana, menganjurkan agar ia mendengarkan rakyat, meringankan beban mereka, dan menunjukkan kebaikan. Nasihat ini adalah respons yang berakar pada pemahaman tentang bagaimana memelihara kesetiaan rakyat dan menjaga keutuhan kerajaan.

Namun, Rehabeam kemudian meminta nasihat dari kaum muda sebaya yang tumbuh bersamanya. Kelompok ini, dengan ambisi dan keangkuhan mereka, memberikan nasihat yang sangat berbeda. Mereka mendorong Rehabeam untuk bertindak lebih keras daripada ayahnya, bahkan mengancam bahwa kuknya akan lebih berat dan cambuknya lebih tajam. Mereka menyarankan agar ia tidak menunjukkan kelemahan, melainkan menegaskan kekuasaannya dengan cara yang represif.

Akibat Keputusan yang Bodoh

Sayangnya, Rehabeam lebih memilih mendengarkan nasihat kaum muda yang dangkal dan arogan. Ketika perwakilan Israel kembali menghadapnya setelah tiga hari, Rehabeam, dengan suara tegas dan sombong, menolak permintaan mereka. Ia menyatakan bahwa jika ayahnya membebani mereka dengan berat, ia sendiri akan membebani mereka lebih berat lagi. Ia bahkan mengancam akan mencambuk mereka dengan cemeti yang terbuat dari ekor kalajengking.

Respons yang keras dan tidak bijaksana ini langsung memicu kemarahan dan kekecewaan mendalam di hati seluruh orang Israel. Ayat 16 mencatat bahwa ketika mereka melihat bahwa raja tidak mau mendengarkan mereka, mereka berseru, "Kami tidak punya bagian dalam Daud; kami tidak punya warisan dalam anak Isai! Baiklah pulang ke kemahmu, hai Israel! Sekarang, lihatlah saja kerajaannmu, hai anak Daud!" Seruan ini menandai titik balik tragis dalam sejarah Israel.

Kelahiran Kerajaan Israel Utara

Secara efektif, sepuluh suku Israel Utara memberontak dan memisahkan diri dari pemerintahan Rehabeam. Mereka mengangkat Yerobeam bin Nebat sebagai raja mereka sendiri. Hanya suku Yehuda dan sebagian kecil suku Benyamin yang tetap setia kepada keturunan Daud di Yerusalem, membentuk Kerajaan Yehuda di selatan. Peristiwa ini, yang dicatat secara rinci dalam 2 Tawarikh 10, menjadi awal dari perpecahan bangsa Israel menjadi dua kerajaan yang terpisah, sebuah tragedi yang memiliki konsekuensi jangka panjang bagi umat pilihan Tuhan.

2 Tawarikh 11: Rehabeam Memperkuat Kerajaan Yehuda

"Setibanya Rehabeam di Yerusalem, ia mengumpulkan dari kaum Yehuda dan Benyamin seratus delapan puluh ribu orang pilihan yang mahir berperang, untuk berperang melawan orang Israel, supaya ia dapat mengembalikan kerajaan kepada Rehabeam." (2 Tawarikh 11:1)

Persiapan Perang yang Sia-sia

Setelah kekacauan yang disebabkan oleh pemecahan kerajaan, Rehabeam tidak tinggal diam. Ia segera mengerahkan kekuatan militernya. Dengan pengumpulan 180.000 orang pilihan dari suku Yehuda dan Benyamin, ia berencana untuk berperang melawan orang Israel dan mengembalikan semua suku ke bawah kekuasaannya. Niatnya adalah untuk memulihkan kesatuan yang telah hilang.

Campur Tangan Nubuat Tuhan

Namun, rencana perang Rehabeam digagalkan oleh intervensi ilahi. Seorang nabi Tuhan bernama Semaya datang kepada Rehabeam dan orang-orangnya dengan pesan dari Tuhan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu pergi dan janganlah berperang melawan saudara-saudaramu. Pulanglah, masing-masing ke rumahnya, sebab dari pihak-Ku datangnya hal ini." Pesan ini menekankan bahwa perpecahan kerajaan adalah kehendak Tuhan, sebuah konsekuensi dari dosa Salomo dan penolakan rakyat terhadap ajaran-Nya.

Rehabeam dan pasukannya mematuhi firman Tuhan ini, membatalkan rencana perang mereka. Ini menunjukkan bahwa meskipun Rehabeam awalnya bertindak berdasarkan keangkuhan, ia masih memiliki kapasitas untuk mendengarkan dan mematuhi suara Tuhan ketika disampaikan melalui nabi-Nya. Namun, ini juga menegaskan bahwa pemisahan kerajaan adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Memperkuat Pertahanan Yehuda

Meskipun tidak jadi berperang melawan Israel utara, Rehabeam tidak mengabaikan keamanan kerajaannya sendiri. Ia memfokuskan upayanya pada penguatan kota-kota di Kerajaan Yehuda. Ia membangun dan memperkuat benteng-benteng di Betlehem, Etam, Tekoa, Bet-Zur, Sokho, Adulam, Gat, Maresa, Zif, Adoraim, Lakhis, dan Adnaim. Kota-kota ini menjadi pusat pertahanan yang penting, memberikan keamanan bagi wilayah selatan.

Selain itu, Rehabeam juga menempatkan para komandan militer di setiap kota berbenteng dan menempatkan perbekalan di sana, termasuk perbekalan berupa persenjataan dan perisai. Ia juga menempatkan para putra para pemimpinnya di seluruh Yehuda, memastikan kontrol dan administrasi yang efektif di seluruh kerajaan. Upaya ini menunjukkan bahwa Rehabeam berusaha untuk menjaga dan membangun kerajaannya yang tersisa, meskipun lebih kecil dari yang diwariskan ayahnya.

Kesetiaan dan Kemurtadan

Pasal ini juga mencatat bahwa banyak orang Lewi yang berasal dari wilayah Israel utara datang ke Yerusalem. Mereka tidak mau menjadi bagian dari kerajaan utara yang mulai menyimpang dari ibadah kepada Tuhan. Mereka memilih untuk bergabung dengan Kerajaan Yehuda, tempat Bait Suci Tuhan berada. Kehadiran mereka memperkuat ibadah dan sistem keimamatan di Yerusalem.

Meskipun demikian, 2 Tawarikh 11 juga menyoroti awal mula kemurtadan di Kerajaan Yehuda. Rehabeam dan rakyatnya tetap setia kepada Tuhan selama tiga tahun pertama pemerintahannya. Namun, setelah periode ini, mereka mulai meninggalkan hukum Tuhan. Rehabeam sendiri dan rakyatnya mulai menyembah berhala, meniru kebiasaan buruk yang telah merusak kerajaan utara. Perbuatan ini kembali menimbulkan murka Tuhan.

Akibatnya, pada tahun kelima pemerintahan Rehabeam, Syekyasyar, raja Mesir, menyerbu Yerusalem. Syekyasyar berhasil menaklukkan kota itu dan mengambil harta benda dari Bait Tuhan serta dari istana raja, termasuk semua perisai emas yang dibuat oleh Salomo. Ini adalah pukulan telak bagi Rehabeam dan Kerajaan Yehuda, menjadi peringatan bahwa ketidaktaatan kepada Tuhan akan selalu membawa konsekuensi, bahkan di tengah upaya memperkuat kekuasaan.